BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Pada saat bayi tumbuh dan menjadi lebih aktif, akan mencapai usia tertentu ASI saja tidak cukupuntuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Dengan demikian, makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI ( Air Susu Ibu ) ( WHO, 2000 )
Pada usia empat bulan pencernaan bayi mulai kuat. Pemberian makanan pendamping ASI harus setelah usia empat bulan. Karena jika diberikan terlalu dini akan menurunkan konsumsi ASI dan bayi mengalami gangguan pencernaan atau bisa diare ( Soenardi, Tuti, 1999 ).
Satu yang paling baru adalah dari WHO, yakni Global Strategy on Infant Young Child Feeding yang secara khusus menyebutkan kebijakan pemberian ASI bagi bayi sampai usia enam bulan dan mulai pemberian makanan pendamping ASI yang memadai pada usia enam bulan. Dan pemberian ASI yang diteruskan hingaa anak berusia dua tahun atau lebih. Meski demikian perkembangan pelaksanaan dilapangan menunjukkan banyaknya pelanggaran yang merenggut hak bayi atas ASI eksklusif enam bulan tersebut yaitu dengan menjejali bayi yang baru lahir dengan produk makanan pendamping ASI, sehingga ketika akan disusui oleh ibunya si bayi menolak ( http://www/health.com, 20 Agustus 2004 ).
Survei Demografi kesehatan Indonesia (SDKI ) menunjukkan pada tahun 1997 dan tahun 2002 perilaku pemberian ASI di Indonesia bayinya sebesar 96,3% tetapi pada tahun 2002 turun menjadi 95,9%. Pemberia ASI sampai enam bulan pada tahun 1997 yang hanya 42,4% terus menurun hingga 39,5% pada tahun 2002. Selain itu masalah yang sangat memprihatinkan adalah meningkatkan makanan pendamping ASI (susu formula) pada tahun 2002, 32% dibanding tahun 1997 yang hanya 10% (http://www.health.com, 20 Agustus 2004 ).
Didaerah Jawa Timur saat ini menunjukkan bahwa pemberian ASI sampai umur enam bulan pada tahun 2002 mencapai 43% di Kabupaten Banyuwangi pemberian ASI eksklusif tahun 2003 mencapai 37,7% meningkat tipis dari tahun 2002 yang mencapai 32,1% dari jumlah bayi berumur 0-4 bulan. Alokasi pemberian MP-ASI program pengamanan sosial bidang kesehatan di Kabupaten Banyuwangi sejumlah 3859 bayi dari jumlah bayi GAKIN 3539 bayi ( Dinas Kesehatan,2004 ).
Cakupan pemberian ASI eksklusif di puskesmas Mojopanggung tahun 2003 sebesar 65,84% dari jumlah bayi umur 0-6 bulan, menurun pada September 2004 sebesar 52,6%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2004 hampir 50% bayi umur 0-6 bulan telah diberikan MP-ASI ( Puskesmas Mojopanggung 2004).
Harus diperhatikan bahwa apabila makanan pendamping ASI sudah diberikan kepada bayi sejak dini ( di bawah usia 4 bulan ) maka asupan gizi yang dibutuhkan oleh bayi tidak sesuai dengan kebutuhannya selain itu sistem pencernaan bayi akan mengalami gangguan seperti sakit perut, sembelit ( susah buang air ), alergi ( Brinch, 1986 ).
Pengetahuan dan perilaku ibu yang memiliki bayi bawah dua tahun tentang pemberian MP-ASI memegang peranan penting untuk mencegah pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Karena itu perlu penelitian mengenai hal ini ( http://www.tempointeraktif.com, 2004 ).
Perilaku individu ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor antara lain adalah faktor-faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, pendidikan, nilai-nilai, dan lain-lain), faktor-faktor pendukung (lingkungan fisik fasilitas-fasilitas kesehatan), faktor-faktor pendorong terbentuk dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan ( Green, Lowrence, 1984 ).
Dari uraian diatas penulis ingin meneliti tentang pengaruh sikap ibu terhadap pemberian pendamping ASI umur 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung.
B. Rumusan Masalah
Adakah pengaruh sikap ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI pada bayi umur 06 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum.
Diketahui pengaruh sikap ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI pada bayi umur 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung.
2. Tujuan Khusus.
a. Mengidentifikasi sikap ibu di wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung.
b. Mengidentifikasi pemberian makanan pendamping ASI pada bayi umur 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung.
c. Manganalisa pengaruh sikap ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI pada bayi umur 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung.
D. Manfaat Penelitian.
1. Bagi Ibu.
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pemberian makanan pendamping ASI yang benar.
2. Bagi Petugas Kesehatan.
Sebagai acuan atau referensi bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan pemberian informasi atau penyuluhan tentang MP-ASI yang benar ( jenis makanan dan waktu pemberian yang tepat ).
3. Bagi peneliti.
Untuk mengetahui tentang pengaruh sikap ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI.
E. Relevansi
Pemberian makanan pendamping ASI harus tepat waktu karena jika diberikan terlalu dini ( kurang dari 6 bulan) akan menurunkan konsumsi ASI dan bayi mengalami gangguan pencernaan atau bisa diare. Dalam hal ini perilaku ibu memegang peranan penting untuk mencegahnya oleh karena itu perlu penelitian tentang hal ini, diharapkan hasil penelitian dapat dipakai untuk pengambilan keputusan yang tepat dalam rangka mencapai proses tumbuh kembang anak yang optimal.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka.
1. Sikap.
a. Pengertian.
Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak (G.W. Alport, 1935). Sikap merupakan reksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek ( Notoatmodjo S.2003).
Sikap merupakan organisasi pendapat keyakinan seseorang mengenai obyek atau situasi yang relatif ajeg yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau perilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya ( Bimo Walgito, 2001).
Menurut Azwar Saifuddin (1995) bahwa sikap memiliki tiga komponen yang membentuk struktur sikap yang ketiganya saling menunjang yaitu :
1). Komponen kognitif (Cognitif)
Dapat disebut juga komponen persptual, yang berisi kepercayaan individu.
2). Komponen Afektif ( Komponen emosional )
Komponen ini menunjukkan pada dimensi emosional subyektif individu terhadap obyek sikap, baik yang positif (rasa senang) maupun negatif (rasa tidak senang ).
3). Komponen Konatif
Disebut juga komponen perilaku, yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi oleh kecenderungan bertindak terhadap obyek sikap yang dihadapinya.
b. Tingkatan Sikap.
Menurut Notoatmodjo S. (197), sikap memiliki 4 tingkat dari yang terendah hingga yang tertinggi yaitu :
1). Menerima (Receiving)
Pada tingkat ini, individu ingin dan memperhatikan rangsangan (stimulus) yang diberikan.
2). Merespon ( Responding)
Pada tingkat ini, sikap individu dapa memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
3). Menghargai (Valuing)
Pada tingkat ini, sikap individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
4). Bertanggung jawabh ( Responsibility)
Pada tingkat ini, sikap individu akan bertanggung jawab dan siap mananggung segala resiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya.
c. Fungsi sikap
1). Sebagai instrumental.
2). Pertahanan diri.
3). Penerimaan obyek, ilmu, serta memberi arti.
4). Nilai ekspresif.
5). Sosial adjustment.
6). Externalisasi.
7). Aktifitas adaptasi dalam memperoleh informasi.
8). Reflek kehidupan.
( Widayatun, 1999)
Faktor instrinsik ekstrinsik yang mempengaruhi sikap diantaranya kepribadian, intelegensi, bakat, minat, perasaan serta kebutuhan dan motivasi seseorang. Yang bersifat ekstrinsik adalah faktor lingkungan, pendidikan, ideologi, ekonomi, politik, dan pertahanan dan keamanan. Didalam bersikap warna karakter seseorang akan nampak ( Widayatun, 1999 ).
2. Pemberian makanan pendamping ASI
a. Pengertian.
Makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi selain makanan pendamping ASI, ASI-pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan, peranan makanan pendamping ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan hanya untuk melengkapi ASI jadi dalam hal ini makanan pendamping ASI berbeda dengan makanan sapihan diberikan ketika bayi tidak lagi mengkonsumsi ASI ( Krisnatuti, dan Yenrina. 2003 ).
satu yang paling baru adalah dari WHO yakni Global Strategy on Infant Young Chil Feeding yang secara khusus menyebutkan kebijakan pemeberian ASI bagi bayi sampai usia enam bulan dan mulai pemberian makanan pendanping ASI yang memadai pada usia enam bulan dan pemberian ASI yang diteruskan hingga anak berusia dua tahun lebih (http://www.health.com,20 Agustus 2004 ).
Makanan pendamping ASI merupakan makanan tambahan bagi bayi makanan ini harus menjadi pelengkap dan dapat memenuhi kebutuhan bayi. Hal ini menunjukkan bahwa makanan pendamping ASI berguna untuk menutupi kekurangan zat-zat gizi yang terkandung di dalam ASI. Dengan demikian, cukup jelas bahwa peranan makanan tambahan bukan sebagai pengganti ASI tetapi melengkapi atau mendampingi ASI ( Husaini dan Anwar, 1984 ).
Harus diperhatikan bahwa apabila makanan pendamping ASI sudah diberikan kepada bayi sejak dini ( dibawah usia 4 bulan) maka asupan gizi yang dibutuhkan oleh bayi tidak sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu sistem pencernaan bayi akan mengalami gangguan seperti sakit perut, sembelit ( susah buang air besar ), Alergi ( Brinch. 1986 ). Pemberian makanan pendamping ASI yang tepat adalah setelah bayi berumur 4+6 bulan.
Memberikan makanan tambahan terlalu cepat berbahaya karena :
1. Seseorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat makanan diberikan, anak akan minum ASI lebih sedikit dan ibupun memproduksinya lebih sedikit, sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
2. Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit sehingga resiko infeksi meningkat.
3. Resiko diare juga meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI.
4. Makanan yang diberikan sebagai pengganti sering encer, buburnya berkuah atau berupa sup karena mudah dimakan oleh bayi. Makanan ini memang membuat lambung penuh, tetapi memberi nutrien lebih sedikit dari pada ASI, sehingga kebutuhan anak tidak terpenuhi.
5. Ibu mempunyai resiko lebih tinggi untuk hamil kembali jika jarang menyusui ( WHO, 2000).
b. Manfaat Makanan pemdamping ASI
ASI hanya mampu memcukupi kebutuhan bayi sampai usia 4- 6 bulan. Setelah itu produksi ASI semakin berkurang. Sedangkan kebutuhan gizi bayi semakin meningkat dengan bertambahnya umur dan berat badan
Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus-menerus. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat badan anak ( Krisnatuti dan Yenrina. 2003 ).
Selain sebagai pelengkap ASI, pemberian makanan tambahan sangat membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik. Dalam hal ini para orang tua dianjurkan untuk memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan fisiologis bayi serta aneka ragam makanan dari daerah setempat. Pemberian makanan dari daerah setempat sejak dini akan memungkinkan anak bersangkutan menyukai makanan tersebut sampai anak beranjak dewasa. (Husaini dan Anwar, 1984 ).
c. Syarat makanan pendamping ASI.
Makanan tambahan untuk bayi harus mempunyai sifat fisik yang baik yaitu rupa dan aroma yang layak. Selain itu, dilihat dari segi kepraktisan, makanan bayi sebaiknya mudah disiapkan dengan waktu pengelohan yang singkat. Makanan pendamping ASI harus memenuhi persyaratan khusus tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi seperti protein, energi,lemak, vitamin, mineral dan zat-zat tambahan lainnya ( Krisnatuti dan Yenrina, 2003 ).
Menurut Muchtadi ( 1994 ) hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi berikut:
1. Makanan bayi ( termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi diperlukan bayi.
2. Makanan tambahan harus diberikan kepada bayi yang telah berumur 4-6 bulan sebanyak 4 – 6 kali / hari.
3. Sebelum berumur dua tahun bayi belum dapat mengkonsumsi makana orang dewasa.
4. Makanan campuran ganda ( multi mix ) yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi, baik ditinjau dari nilai gizinya maupun sifat fisik makanan tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, makanan tambahan bayi sebaiknya memiliki beberapa kriteria berikut :
1. Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi.
2. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral yang cocok.
3. Dapat diterima oleh alat pencernaan yang baik.
4. Harga relatif murah.
5. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal.
6. Bersifat pada gizi.
7. Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar dicerna dalam jumlah yang sedikit kandungan serat kasar yang terlalu banyak justru akan mengganggu pencernaan bayi ( Krisnatuti dan Yenrina, 2003 ).
d. Jenis makanan pendamping ASI dan waktu pemberiannya.
Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya yang disesuaikan denga kemampuan pencernaan bayi atau anak.
Tahapan tersebut adalah:
1 Makanan bayi berumur 0-4 bulan
a. Hanya ASI saja ( ASI ekslusif ).
b. Hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit pertama setelah melahirkan.
c. Dengan menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
d. Berikan kolustrum, karena mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang dibuthkan bayi.
e. Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi.
2 Makanan bayi berumur 4-6 bulan.
a. Pemberian ASI tetap diteruskan sesuai keinginan anak.
b. Bentuk makanan lumat, halus, aktivitas bayi sudah memiliki reflek mengunyah.
c. Contoh makanan lumat antara lain pisang yang dilumatkan, pepaya yang dilumatkan, biskuit yang ditambah air susu, bubur susu.
d. Diberikan 2 kali sehari, setiap kali pemberian 2 sendok makan sedikit demi sedikit.
e. Diberikan sambil mengajak bicara kepada bayi untuk menimbulkan sentuhan kasih sayang.
f. Jangan sekali-kali MP-ASI diberikan dengan dot sambil tiduran karena dapat menyebabkan infeksi telinga.
3 Makana bayi umur 6-9 bulan.
a. Pemberian ASI tetap diteruskan.
b. Bentuk makanan lumat karena alat cerna bayi sudah lebih berfungsi, contoh : nasi tim, bubur susu.
c. Berikan 2 kali sehari setelah diberikan ASI.
d. Porsi tiap pemberian sebagai berikut :
1. Pada umur 6 bulan :6 sendok makan
2. Pada umur 7 bulan : 7 sendok makan
3. Pada umur 8 bulan : 8sendok makan
4. Pada umur 9 bulan :9 sendok makan
e. Untuk menambah nilai gizi, nasi tim dapat ditambah sumber zat lemak sedikit demi sedikit, seperti : santan, margarene, minyak kelapa.
f. Bila bayi masih lapar, ibu dapat menambahnya.
4 Makanan bayi umur 9-12 bulan
a. Pemberian ASI tetap diberikan.
b. Pada umur ini bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap dengan takaran yang cukup.
c. Bentuk makanan lunak
d. Berikan makanan selingan satu kali sehari.
e. Makanan selingan usahakan bernilai tinggi seperti, bubur, kacang hijau, bubur sumsum.
f. Biasakan mecampurkan berbagai lauk pauk dan sayuran ke dalam makanan lunak secara berganti-ganti.
g. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak dini berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan.
5 Makanan bayi umur 12-24 bulan.
a. Frekuensi pemebrian ASI dikurangi sedikit demi sedikit.
b. Susunana makanan terdiri dari makanan pokok lauk-pauk sayuran dan buah.
c. Besar porsi adalah separuh dari makanan orang dewasa.
d. Gunakan angka ragam bahan makanan setiap harinya.
e. Diberikan sekurang-kurangnya 3 ( tiga ) kali sehari.
f. Berikan makanan selingan dua kali sehari.
g. Anak dilatih untuk makan dengan tangannya sendiri.
h. Biasakan anak mencuci tanganya sebelum dan sesudah makan.
i. Biasakan anak makan bersama-sama keluarga ( Departemen Kesehatan RI, 2002 ).
3. Pengaruh sikap ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 0-6 bulan.
Pengetahuan dan perilaku ibu memiliki bayi dibawah dua tahun tentang pemberian makanan pendamping ASI ( MP-ASI) memegang peranan penting untuk mencegah pemberian MP-ASI yang tidak tepat ( http://www.tempointeraktif.com, 2004 ).
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ( WHO ) pemikiran dan perasaan meliputi :
1. Pengetahuan.
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
2. Kepercayaan.
Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua. kakek atau nenek seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan kenyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
3. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap obyek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau obyek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak terlalu terwujud dalam suatu tindakan nyata.
4. Orang penting sebagai referensi
Perilaku orang lebih-lebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting.
5. Sumber-sumber daya.
6. Kebudayaan.
b. Teori perilaku menurut Lawrence Green.
Perilaku ditentukan atau dibentuk oleh 3 faktor :
1. Faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan sikap, kepercayaan, kenyakinan, nilai-nilai.
2. Faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.
3. Faktro pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku.
B. Kerangka konsep
| |||||||||
Gambar 2.1. : Kerangka konsep
Keterangan :
: Tidak teliti
: Yang teliti
C. Hipotesa penelitian
Ada pengaruh sikap ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI pada bayi umur 0-6 bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar