PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sectio cesarea merupakan pembedahan obstetik untuk melahirkan janin yang viabel melalui abdomen. Tindakan yang dilakukan tersebut bertujuan untuk melahirkan bayi dengan membuka dinding rahim ( Hellen Farrer, 2001 ). Ada beberapa indikasi dilakukan sectio cesarea diantaranya distress janin posisi sungsang, distosia dan persalinan sebelumnya. Sectio cesarea memiliki dua sampai empat kali angka kematian ibu dibanding dengan persalinan pervagina, sehingga sectio cesarea menjadi hal yang menakutkan dikalangan masyarakat dahulu (Persis Mary Hamilton, 1995 ).
Seiring berjalannya waktu serta perkembangan ilmu kedokteran khususnya kebidanan, pandangan tersebut kemudian bergeser. Kini, sectio cesarea sering dilakukan tanpa ada indikasi medis sehingga mereka memilih persalinan dengan cara sectio cesarea daripada alami. Hal diatas menyebabkan angka persalinan dengan cara cesarea mengalami peningkatan hingga 25% dari semua angka kelahiran yang tercatat pada tahun 1999-2000 ( Dini Kasdu, 2003 ).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh ahli terhadap 64 rumah sakit di Jakarta terdapat 17.665 kelahiran yang diantaranya sebanyak 35.7-55.5% melahirkan dengan operasi cesarea. Sebanyak 19.5%-21% diantaranya karena ada Cephalopelvis disproportion ( CPD), 11.9%-21% karena perdarahan yang hebat, 4.3-8.7% karena kelainan letak janin. Sedangkan di Banyuwangi khususnya di RSUD Blambangan, pada tahun 2005 terdapat 404 kelahiran yang diantaranya sebanyak 28.5% melahirkan dengan sectio cesarea dan di RSI Fatimah pada bulan Agustus sampai dengan Nopember 2005 terdapat 154 kelahiran yang diantaranya sebanyak 9.6% melahirkan dengan sectio cesarea. Miskipun data tersebut tidak bisa mencerminkan seluruh kondisi yang ada di Indonesia , tetapi dapat menggambarkan bahwa angka persalinan operasi cesarea cukup tinggi terjadi di Indonesia . Apabila sebagian diantaranya dilakukan tanpa ada pertimbangan medis. Apa yang menyebabkan kecenderungan ini? ( Dini Kasdu, 2003 ).
Beberapa alasan yang mendasari kecenderungan melahirkan dengan operasi cesarea semakin meningkat ( terutama di kota-kota besar ), karena para ibu banyak yang bekerja, mereka sangat terikat dengan waktu. Alasan lainnya, masih terkait dengan masalah kepercayaan yang masih berkembang di masyarakat Indonesia . Masih banyak diantara penduduk kota-kota besar yang mengaitkan waktu melahirkan dengan peruntungan nasib anak dilihat dari faktor ekonomi. Tentunya tindakan ini dilakukan dengan harapan apabila anak dilahirkan pada tanggal dan jam tertentu maka akan memperoleh rezeki dan kehidupan yang lebih baik. Alasan yang paling banyak adalah anggapan yang salah bahwa dengan operasi, ibu tidak akan mengalami rasa sakit seperti halnya persalinan alami pada kala I,II. Masalah keperawatan yang sering pada klien pre operasi cesarea adalah kecemasan ( Dini Kasdu, 2003 ).
Beberapa faktor penyebab kecemasan diantaranya kurangnya pengetahuan klien tentang prosedur pre operasi, faktor ekonomi klien dan kecemasan atas keberhasilan operasi. Mereka cemas apakah operasi cesarea tersebut berhasil atau tidak dan apakah bayi mereka akan lahir dengan sempurna atau tidak sehingga seringkali kecemasan yang berlebihan akan menghambat proses persalinan alami atau cesarea. Masalah kecemasan apabila tidak dilakukan intervensi keperawatan untuk mengurangi kecemasan diantaranya tehnik relaksasi, diskrasi, informed consent. Tehnik relaksasi terutama latihan nafas dalam selama 15-30 menit sering dilakukan di rumah sakit dan dapat dilakukan dimana saja baik dengan posisi duduk atau berbaring dalam posisi yang menyenangkan sehingga dapat mengurangi kecemasan saat ibu menjalani operasi.
Dari uraian diatas, menarik minat peneliti untuk menganalisa pengaruh latihan nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pada klien pre operasi cesarea di BPKM RSUD Blambangan dan RSI Fatimah Banyuwangi.
1.2. RUMUSAN MASALAH.
Adakah pengaruh latihan nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pada klien pre operasi cesarea di BPKM RSUD Blambangan dan RSI Fatimah Banyuwangi.
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. Tujuan umum.
Mengetahui pengaruh antara latihan nafas dalam dengan penurunan tingkat kecemasan pada klien pre operasi cesarea di BPKM Blambangan dan RSI Fatimah Banyuwangi tahun 2006.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan umur dengan tingkat kecemasan klien pre operasi cesarea di BPKM Blambangan dan RSI Fatimah Banyuwangi.
2. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan pada klien pre operasi cesarea di BPKM Blambangan dan RSI Fatimah Banyuwangi.
3. Mengidentifikasi penurunan tingkat kecemasan setelah dilakukan latihan nafas dalam pada klien pre operasi cesarea di BPKM Blambangan dan RSI Fatimah Banyuwangi.
4. Menganalisa adanya pengaruh latihan nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pada klien pre operasi cesarea di BPKM Blambangan dan RSI Fatimah Banyuwangi.
1.4. Manfaat penelitian
1.4.1. Secara teoritis.
Dengan diadakannya penelitian tentang pengaruh latihan nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pada klien pre operasi cesarea dapat diketahui pengaruh sehingga dapat menentukan langkah penanganan selanjutnya.
1.4.2. Secara praktis
1. Meningkatkan pelayanan mutu pada klien mengenai manfaat nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan..
2. Memberi gambaran mengenai pengaruh dan manfaat latihan nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan.
1.5. Relevansi.
Latihan nafas dalam merupakan sala satu tehnik relaksasi dalam penurunan kecemasan yang terjadi pada klien pre operasi cesarea, dilakukan 15-30 menit dalam posisi duduk atau berbaring. Untuk itu peneliti mencoba meneliti apakah pengaruh latihan nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep dasar.
2.1.1. Sectio cesarea.
Istilah cesarea telah dirumuskan oleh beberapa ahli kedokteran dalam berbagai pengertian, tergantung pada sudut pandang masing-masing. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut.
Thomas Rabe (2003) mengatakan bahwa sectio cesarea merupakan persalinan dengan laparatomi dan histerotomi. Persis Mary Hamilton (1995 : 196 ) mengatakan bahwa sectio cesarea adalah suatu persalinan kelahiran bayi melalui abdomen dan insisi uterus sedangkan Arif Mansjoer (2001 : 344 ) juga mengatakan bahwa sectio cesarea merupakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim.
Arif Mansjoer ( 2001 : 276 ) mengemukakan bahwa placenta pravia merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir dan preeklampsi merupakan timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan sedangkan solutio placenta merupakan lepasnya placenta dari insersi sebelum waktunya.
Dari ketiga indikasi, dilakukan pembedahan pada ibu yang usia kehamilan berkisar antara 20 minggu atau sesudahnya memungkinkan seorang ibu tersebut mengalami suatu permasalahan keperawatan diantaranya gangguan psikologis cemas dengan adanya pembedahan, resiko infeksi dengan adanya pembedahan, gangguan personal hygiene dengan adanya kelemahan fisik. Dari ketiga permasalahan diatas, gangguan psikologis cemas sering terjadi pada ibu yang akan mengalami operasi cesarea.
2.1.2. Kecemasan
1. Pengertian.
Cemas adalah suatu keadaan dimana individu atau kelompok mengalami perasaan yang sulit (ketakuta) dan aktifasi saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik ( Lynda Juall Carpenito, 2000 ).
2. Faktor predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal cemas ( Gail Wiscarz Stuart, 1995 ).
a. Dalam pandangan psiko analitik kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian dan super ego. Iq mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Menurut pandangan inter personal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan inter personal. Cemas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan fisik orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami cemas yang berat.
c. Menurut pandangan perilaku cemas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar prilaku lain menganggap cemas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam menghindari kepedihan.
d. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan kecemasan dan antara gangguan cemas dan depresi.
e. Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodia zepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur cemas. Penghambat asam amino butirik gama neroregulator ( GABA ) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan cemas, sebagaimana halnya dengan endorfin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap cemas. Cemas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor. ( Gail Wiscarz Stuart, 1995 ).
3. Tingkat kecemasan
a. Cemas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Cemas dapat memotivasi belajar dan menghabiskan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Cemas sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan seseuatu yang lebih terarah.
c. Cemas berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua prilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
d. Panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dario proporsinya karena mengalami kehilangan kendali orang yang mengalaminya ( Gail Wiscarz Stuart, 1995 ).
4. Tanda dan gejala kecemasan
a. Cemas ringan.
1. Respon fisiologis
- Sesekali nafas pendek.
- Nadi dan tekanan darah naik.
- Gejala ringan pada lambung.
- Muka berkerut dan bibir bergetar
2. Respon kognitif
- Lapang persepsi meluas
- Mampu menerima rangsangan yang komplex
- Konsetrasi pada masalah.
- Menyelesaikan masalah secara efektif.
3. Respon prilaku dan emosi
- Tidak dapat duduk tenang.
- Tremor halus pada tangan.
- Suara kadang-kadang meninggi
b. Cemas sedang.
1. Respon fisiologis
- Suara nafas pendek.
- Nadi dan tekanan darah naik.
- Mulut kering
- Anorexia
- Diare atau konstipasi
- Gelisah
2. Respon kognitif
- Lapangan persepsi yang menyempit.
- Rangsangan luar tidak mampu diterima.
- Berfokus pada apa yang menjadi perhatian.
3. Respon perilaku dan emosi
- Gerakan tersentak-sentak.
- Bicara banyak dan lebih cepat.
- Susah tidur.
- Perasaan tidak aman.
c. Cemas berat
1. Respon fisiologis
- Nafas pendek.
- Nadi dan tekanan darah naik.
- Berkeringat dan sakit kepala
- Penglihatan kabir
- Ketegangan
2. Respon kognitif
- Lapangan persepsi sangat sempit.
- Tidak mampu menyelesaikan masalah
3. Respon perilaku dan emosi
- Perasaan ancaman meningkat
- Verbalisasi cepat
- Blocking
d. Panik
1. Respon fisiologis
- Nafas pendek.
- Nadi dan tekanan darah naik.
- Rasa tercekik dan palpitasi
- Sakit dada
- Pucat.
- Hipotensi
2. Respon kognitif
- Lapangan persepsi sangat sempit.
- Tidak berfikir logis
3. Respon perilaku dan emosi
- Mengamuk dan marah
- Ketakutan dan marah
- Kehilangan kendali
- Persepsi kacau
5. Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kecemasan pada klien pre operasi cesarea.
a. Umur.
Usia ± 20-21 tahun mencapai keseimbangan psikis, kepribadian sudah terbentuk. Berfikir, merasa dan berbuat sudah teringrasi dan harmonis. Banyak tenggang rasa, teman hidup sudah mulai tetap dan sudah mampu menilai orang. Berani menetapkan diri dan bertanggung jawab atas segala keputusannya ( Suryanah, 1996 ).
Ibu yang melahirkan dengan operasi akan merasa bingung dan cemas terutama jika operasi tersebut dilakukan karena keadaan yang darurat. Ketidakstabilan emosi bisa meningkat atau berlangsung lebih lama, apabila muncul perasaan lain ( Dini Kasdu, 2003 : 85 ). Kedewasaan seorang istri sebagai calon ibu biasanya berkembang seiring umur yang cukup matang. Semakin cukup umur tingkat kematangan seseorang lebih matang dalam berfikir. ( Nursalam, 2000 ).
b. Pendidikan
Pndidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kamampuan, sikap dan bentuk-bentuk prilaku lainnya di masyarakat dimana ia hidup ( Ihsan, 2001 ).
Pendidikan berpenagruh secara tidak langsung melalui peningkatan status sosial dan kedudukan seseorang, peningkatan pilihan terhadap kehidupan sehingga juga mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang pendidikan menengah biasanya lebih mengerti dan lebih dapat menerima adanya perubahan dalam masalah kehidupan seseorang yang tidak berpendidikan akan rentan terhadap penjelasan yang tidak rasional ( Erica, 1998 ).
c. Informasi pre operasi
Gangguan kecemasan akan meningkat apabila penjelasan tentang prosedur suatu tindakan tidak atau kurang jelas diterima oleh klien dan keluarga. Hal ini terjadi bila suatu keterangan atau penjelasan yang sederhana tidak diberikan oleh petugas kesehatan yang berkomentensi atau tidak menjelaskan maksud dan tujuan atau dijelaskan tapi menggunakan istilah yang tidak dimengerti oleh klien dan keluarga ( Eisemberg, 1996 ).
d. Tempat tinggal
Suasana rumah yang dihuni oleh klien akan menpengaruhi tingkat kecemasan yang dialami klien. Tempat tinggal klien akan berpengaruhi terhadap tingkat stresorr yang dirasakan klien. ( Ramaiah, 2003).
e. Herediter.
Sekalipun gangguan emosi ada yang ditemukan dalam keluarga-keluarga tertentu, ini bukan merupakan penyebab penting dari kecemasan ( Ramaiah, 2003 ).
f. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika anda tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaan dalam hubungan personal. Hal tersebut terjadi jika menekan rasa marah dan frustasi dalam jangka waktu yang lama sekali ( Ramaiah, 2003 ).
2.1.3. Cara-cara latihan nafas dalam.
Dalam berbagai tehnik relaksasi yang ada, latihan nafas dalam menjadi metode relaksasi yang termudah. Metode ini mudah dilakukan karena pernafasan itu sendiri merupakan tindakan yang kita lakukan secara normal tanpa perlu berfikir atau merasa ragu ( National Safety Council, 2004 : 70)
1. Pernafasan dalam.
a. Walaupun latihan ini dapat dilakukan dalam berbagai sikap direkomedasikan sikap tersebut : rebahkan diri diatas permadani atau tikar dilantai. Tekuk kedua lutut dan renggangkan kaki anda lebih kurang 8 inchi dengan jari mengarah sedikit keluar. Pastikan bahwa tulang belakang anda lurus.
b. Amati tubuh anda yang tegang.
c. Letakkan satu tangan di atas perut dan satu tangan di atas dada.
d. Tarik nafas pelan-pelan dan dalam melalui hidung masuk ke dalam perut mendorong tangan anda sekuat-kuatnya selama anda merasa nyaman. Dada anda harus sedikit bergerak dan bersamaan dengan pergerakan perut.
e. Jika anda merasa mudah dengan langkah ke-4, tersenyum sedikit, tarik nafas melalui hidung dan hembuskan melalui mulut, ciptakan ketanangan, relaks, desingkan udara seperti angin, mulut, hidung, rahang anda akan relaks. Ambil nafas panjang, pelan, dalam yang membesarkan dan mengecilkan perut.
f. Lanjukan nafas dalam selama 5 atau 10 menit setiap kali, satu atau dua kali sehari, selama dua minggu.
g. Pada akhir setiap kali pernafasan dalam, gunakan waktu sejenak untuk sekali lagi mengamati tubuh anda yang tegang. Bandingkan tegangan yang anda rasakan pada akhir latihan dengan yang anda alami pada awal latihan.
h. Bila anda telah terbiasa dengan pernafasan perut, lakukan setiap saat anda menginginkannya sepanjang hari saat anda duduk atau berdiri. Konsentrasikan pada gerakan perut ke atas dan ke bawah, udara keluar masuk paru-paru anda dan persaan relaks yang dihasilkan dengan nafas dalam.
i. Bila anda telah belajar merilakskan diri dengan menggunakan nafas dalam, lakukanlah setiap kali anda tegang. ( Martha Davis, Ph D, 1995 : 30 ).
2. Pernafasan diafragma
Langkah-langkah memulai pernafasan diafragma :
a. Posisikan tubuh secara nyaman. Untuk mendapatkan manfaat penuh, pelajari tehnik ini dalam posisi nyaman, baik posisi duduk atau berbaring terlentang dengan mata tertutup.
b. Konsentrasi, seperti halnya tehnik relaksasi lain, pernafasan diafragma memerlukan perhatian penuh dari anda. Apabila mungkin melakukan langkah-langkah untuk meminimalkan gangguan dengan mencari tempat yang tenang untuk berlatih.
c. Visualisasi, penggunaan imajinasi dalam pernafasan diafragma dapat bermanfaat. Ada banyak imajinasi yang dapat digabunkan dengan tehnik pernafasan ini. ( Nasional Safety Coucil, 2004 : 70).
2.2. Konsep variabel yang akan diteliti.
2.2.1. Pengaruh latihan nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan.
Pernafasan penting untuk kehidupan. Pernafasan yang tepat merupakan penawar stres. Pada saat kita bernafas, udara dihirup ke dalam melalui hidung dan menyaring kotoran yang dikeluarkan pada saat menghembuskan nafas. Kedua paru dihubungkan bronkus yang membawa oksigen ke dalam pembuluh vena dan nadi, warnanya merah cerah karena mengandung oksigen yang tinggi ( ±25%). Darah dipompa keluar oleh jantung melalui pembuluh darah nadi ke kapiler, mencapai semua bagian tubuh.
Jika jumlah udara segar yang masuk paru-paru tidak mencukupi, darah tidak dioksigenasi sebagaimana mestinya. Hasil pembakaran yang seharusnya dibuang tetap ada dalam sirkulasi darah. Jika kekurangan oksigen, darah akan berwarna kebiruan serta dapat dilihat melalui warna kulit yang buruk. Kurangnya oksigen dalam darah memperbesar kemungkinan terjadinya kecemasan, depresi dan lelah yang sering membuat setiap situasi stres menjadi lebih sukar diatasi. Latihan nafas dalam penting untuk kesehatan fisik dan mental. Oleh karena itu, latihan nafas dalam telah diketahui efektif menurunkan kecemasan, depresi, sifat cepat marah atau cepat tersinggung ( Martha Davis, Ph. D, 1995 ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar