Jumat, 21 Mei 2010

ASKEP BAYI DENGAN INFEKSI HERPES DAN VARICELLA ZOOSTER


Oleh
Diyan Indriyani, M.Kep., Sp.Mat
Konsep Dasar
Herpes zoster adl peradangan pd kulit dan mukosa yg disebabkan oleh virus varicella zoster
Etiologi : terjadi krn rektivasi dari virus varicella zoster
Frekuensi meningkat pd bayi yg memiliki imunitas lemah.

Cara penularan : kontak langsung dg lesi aktif, sekresi pernapasan.
Manifestasi klinik : gejala prodromal (80%) rewel (krn nyeri, demam), kelainan kulit : lesi eritema papula dan vesikula bula, isi lesi jernih keruh dan dpt bercampur darah, lokasi bisa disemua tempat, paling sering unilateral pd servikal IV dan lumbal II.

Pemeriksaan penunjang : tzanck’s smear dan punch biopsi : adanya sel raksasa berinti banyak dan sel epitel mengandung badan inklusi eosinofilik
Isolasi virus : cairan vesikel, darah cairan cerebrospinal, jaringan terinfeksi.
Komplikasi : jaringan cikatrik, neuralgi pascaherpetik

Penatalaksanaan : dukung kenyamanan bayi, analgetik, asiklovir selama 7 hari, paling lambat 72 jam setelah lesi muncul. Dosis asiklovir 10 mg/KgBB/hr scr IV setiap 8 jam selama sekurang-kurangnya 14 hr.
Mata, rongga mulut dan kulit bbl diperiksa cermat utk deteksi lesi.
Spesimen kultur diambil di mata, mulut dan lesi.
Sirkumsisi ditunda samapai by siap diplgkan
Bayi pulang bila kultur thd virus negatif
Bayi yg berisiko, berikan salep profilaksis mata topikal (viradabin) mencegah keratokonjungtivitis

Tindakan keperawatan :
Berikan dan Kaji efektifitas terapi
Kompres dingin, gunakan antipruritus dingin
Jaga agar vesikel tdk pecah, dengan pemberian bedak salisil 2%
Informasikan pd keluarga tentang cara penularan dan pencegahan
Informasikan pd keluarga ttg pencegahan infeksi sekunder
Berikan pd kelg support emosional ttg intervensi yg berkelanjutan

Varicella :
Adalah infeksi akut primer oleh virus varicella zoster yg menyerang kulit dan mukosa yg ditandai oleh demam mendadak, malaise, erupsi kulitberupa makulopapular bbrp jam yg kemudian berubah mjd vesikel selam 3-4 hr dan dpt meninggalkan keropang.

Virus varicella zooster bila Infeksi primer menyebabkan penyakit varicella, sdgkan reaktivasi (kambuh setelah sembuh dari varicella) menyebabkan herpes zoster.
Epidemiologi : masa penularan sekitar 7 hr dihitung dr timbulnya gejala kulit.

Mortalitas/morbiditas
Angka kesakitan krn penyebaran virus dlm darah, infeksi otak dan selaputnya.
Pd bumil infeksi varicella usia gestasi 20 mgg dpt menyebabkan kelainan kongenital pd bayi termasuk atrofi anggota gerak, abnormalitas saraf dan mata juga retardasi mental.
Bayi yg lahir dg ibu varicella bbrp hr sblm inpartu atau 2 hr postnatal : menimbulkan disseminated varicella neonatorum.

Manifestasi klinik :
Bayi demam, lemah, muntah, rewel (krn nyeri), lesi kulit yg berbentuk bentolan air, biasanya berawal dr badan dan menyebar ke luar (muka, kepala, anggota gerak), lesi juga bisa ditenggorokan.

Pemeriksaan fisik
Terdpt lesi kulit yg has : lesi berupa air bentuk oval dengan kemerahan pd kulit bagian dasarnya, timbul pd tubuh dan wajah, dg diawali bentolan merah, selama 12-14 hari mjd besar, berair,berisi nanah dan kering. Lesi biasanya pd sentral tubuh atau anggota gerak bagian proksimal (lengan paha) dan menyebar ke bwh tp tdk banyak.
Suhu tbh meningkat sampai 39,5 derajat C selam 3-6 hr stlh terbentuk lesi
Benjolan dpt berdarah
Penyebaran ke kulit lainnya dpt berupa pengaktifan kembali
Bayi biasanya rewel krn nyeri
Pemeriksaan pd organ lain bila mungkin terjadi komplikasi.

Penatalaksanaan:
Isolasi
Obat2an mengurangi simptomatik
Obat antivirus : acyclovir
Pemberian varizella zoster immuno globullin (VZIG) diberikan kurang dr 96 jam stl terpapar, yaitu : bumil, bbl dg ibu tertular varizella dlm 5 hr sblm melahirkan atau 48 jam stlh melahirkan
Bayi prematur 28 minggu/lbh dg ortu tanpa riwayat cacar sblmnya.
Asuhan keperawatan

Pengkajian :
  • Anamnesa
  • Pemeriksaan fisik
  • Pemeriksaan diagnostik

Diagnosa keperawatan :
Hipertermi yg b.d proses inflamasi sekunder thd perjalanan penyakit.
Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yg b.d bayi malas minum
Gangguan rasa nyaman (rewel) yg b.d efek invasi virus dlm sistem persyarafan
Kerusakan integritas kulit yg b.d lesi vesikel, pustula
Risiko perluasan dan penyebaran infeksi yg b.d kurangnya pengetahuan keluarga ttg risiko penularan dan cara pencegahannya

Kerusakan integritas kulit :
Mandikan bayi scr teratur.
Hindarkan bayi thd perluasan kerusakan kulit dg cara memberikan sarung tangan bayi, memotong kuku bayi.
Berikan bayi pakaian yg halus dan lembut
Pertahankan suhu ruangan tetap sejuk dg kelembaban yg adekuat
Berikan bedak antipruritus.

Risiko penyebaran dan perluasan infeksi :
Lakukan isolasi.

Prosedur strict isolation :
  1. Ruangan tersendiri, pintu selalu tertutup
  2. Gunakan masker, pakaian khusus dan sarung tangan bagi semua org yg masuk dlm ruangan
  3. Selalu cuci tangan sblm dan sesudah prosedur.
Pendidikan kesehatan
Berikan minum yg banyak.
Kuku bayi pendek dan gunakan sarung tangan bayi agar tidak melukai lesi dan kulit yg utuh
Penggunaan obat antipruritus secukupnya.
Keluarga hrs segera membawa bbl ke rs bila ditemukan tanda-tanda lesi herpes maupun varicella

Askep bayi baru lahir terinfeksi HIV



Oleh
Diyan Indriyani, M.Kep., Sp.Mat

Misteri AIDS
Semua Orang Bisa Terkena AIDS
Belum Ada Vaksin Pencegahannya Belum Ada Obatnya Penyebaranya Sangat Cepat
Pengetahuan tentang AIDS adalah langkah pertama untuk pencegahan penyebaran AIDS lebih meluas

Apa penyebab AIDS
Perkembangan AIDS tahun 2002
Setiap hari kasus bertambah kira-kira 8.500 kasus
Bayi yang lahir dengan HIV + lebih dari 400.000 bayi
Untuk orang dewasa bertambah kira-kira 7.000 kasus tiap hari
Sampai akhir tahun ada 28,7 juta kasus

Perkembangan AIDS di Indonesia
Pertama kali kasus ditemukan tahun 1987
Perkembangan tajam mulai tahun 1993
Jumlah kasus sampai bulan Juni 2003 mencapai 3647 kasus
60% kasus adalah usia produktif bangsa

Penularan HIV
HIV Dalam jumlah yang bisa menularkan ada di
CAIRAN SPERMA
CAIRAN VAGINA
DARAH
AIR SUSU IBU

Kegiatan yang menularkan:
Hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang terinfeksi HIV
Transfusi darah yang tercemar HIV
Mengunakan jarum suntik, tindik, tatto bersama-sama dengan penderita HIV dan tidak disterilkan
Dari Ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada janin yang di kandungnya


Fase dan gejala AIDS
Fase 1 (0 – 5 Tahun terinfeksi)
Tanpa Gejala (asimtomatik)
FASE II (5-7 TAHUN TEINFEKSI)
Muncul Gejala Minor:
Hilang selera makan, tubuh lemah, keringat berlebihan di malam hari, pembengkakan kelenjar getah bening, diare terus menerus, flu tidak sembuh-sembuh
FASE III (7 TAHUN ATAU LEBIH)
Masuk penyakit AIDS:
Kekebalan tubuh sudah sangat sedikit dan muncul infeksi oportunistik: TBC, Radang Paru, Gangguan Syaraf, Kaposi Sarkoma (kanker Kulit)

AIDS tidak menular lewat
Bersentuhan, senggolan, salaman, berpelukan, berciuman dengan penderita AIDS
Mengunakan peralatan makan bersama-sama dengan penderita AIDS
Gigitan nyamuk
Terkena keringat, air mata, ludah penderita AIDS
Berenang bersama-sama dengan penderita AIDS
Mengurangi Resiko Penularan

Bagi yang belum aktif melakukan kegiatan seksual: tidak melakukan hubungan seks sama sekali
Bagi yang sudah aktif melakukan kegiatan seksual: melakukan seks mitra tunggal, mengurangi mitra seks, menggunakan kondom, segera mengobati PMS kalau ada
Hanya melakukan transfusi darah yang bebas HIV
Mensterilkan alat-alat yang dapat menularkan: jarum suntik, tindik, tatto dll
Ibu yang terinfeksi HIV perlu mempertimbangkan lagi untuk tdk hamil

Apa yang bisa kita lakukan
Menerapkan informasi pada diri sendiri
Berperilaku bertanggung jawab
Menyebarkan informasi tentang AIDS kepada orang lain
Mendukung kegiatan pencegahan AIDS di lingkungannya

Tes HIV perlukah?
Konseling dan Tes HIV
HIV/AIDS
Merupakan kumpulan gejala yang merusak kekebalan tubuh manusia
Perkembangannya sangat cepat sekali terutama di negara berkembang
Melakukan tes HIV merupakan satu-satunya cara untuk mengetahuinya
Tidak gejala yang khas untuk mengetahuinya

Jenis Tes
Mendeteksi antibodi
Antibodi HIV diproduksi begitu menginfeksi oleh tubuh
Tes Elisa, tes sederhana/cepat dan tes konfirmasi
Mendeteksi virusnya

Prinsip
Sukarela
Tidak boleh ada tekanan oleh sebab apapun
Rahasia
Hasilnya hanya diketahui oleh yang tes dan konselor
Keputusan di tangan klien
Semua keputusan baik sebelum dan sesudah tes merupakan keputusan klien

Program yang Menyertai

Konseling sebelum dan setelah
Informed consent (persetujuan)
Kerahasiaan
Supervisi dan kontrol kualitas tes
Kegiatan untuk perawatan dan pendukung untuk ODHA (orang dengan HIV/AIDS)
HIV dan AIDS...
HIV: Human Immunodeficiency Virus, adalah virus menyerang dan bertahap merusak sistem immunitas badan dan berkembang menjadi AIDS.

AIDS: Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan tanda atau gejala berat dan kompleks yang disebabkan oleh penurunan respon immunitas tubuh.

“HIV tidak sama dengan AIDS”
Tahapan infeksi HIV
Tahap Serokonversi : infeksi awal, belum ada antibodi
Tahap Asimtomatik : belum ada gejala yang dirasakan
Tahap Simtomatik : Mulai merasakan gejala : Infeksi Oportunistik
Tahap AIDS

Perjalanan Infeksi HIV dan Komplikasi Umum


Pathway
Fase I
Virus HIV - sel dendrit - kelj getah bening - jaringan limfoid - virema dan sindroma HIV akut - keseluruh tubuh - respon imun adaptif - virema berkurang
Pathway
Fase II
Replikasi HIV & destruksi sel - penghancuran sel T CD4+ - fase kronik progresif.
Pathway
Fase III
Infeksi - respon imun - peningkatan produksi HIV - AIDs - destruksi seluruh jaringan limfoid perifer, penurunan jml sel T CD4 - virema HIV meningkat - infeksi opportunistik, neoplasma, gagal ginjal, degenari SSP

Prinsip penularan HIV
Prinsip Three Ones

  1. Ada orang yang positif HIV
  2. Ada kegiatan yang memungkinkan terjadinya pertukaran cairan tubuh
  3. Ada orang yang belum terinfeksi atau orang yang juga sudah terinfeksi HIV

Bagaimana HIV ditularkan?
  • Kegiatan Seksual tertentu
  • Kontak Darah
  • Kehamilan, kelahiran dan pemberian air susu ibu
  • Faktor terkait dengan penularan dari Ibu ke bayi
  • Jumlah virus dari Ibu yang positif
  • Tahapan HIV dari Ibu yang bersangkutan
  • Pemberian ASI
  • Kelahiran melalui vagina
  • Penularan HIV dari ibu ke bayi
  • Melalui plasenta pd berbagai usia kehamilan.
  • Masa intranatal melalui darah dan sekresi ibu.
  • Masa pascanatal melalui ASI, cairan tubuh ibu
Prevalensi
Kemungkinan 50%-60% pd bayi lahir dg ibu HIV.
Penularan bisa 20%-35%

HIV dapat dicegah melalui
  1. Menggunakan kondom untuk seks yang penetratif
  2. Tidak berbagi jarum suntik dan perlengkapan menyuntik
  3. Perawatan HIV bagi ibu yang positif, mengganti ASI dengan susu formula jika memungkinkan.
  4. Menapis darah dan produk darah

Pencegahan HIV dari ibu ke bayi dengan cara :
Perode antenatal : penggunaan antiretroviral selama kehamilan, agar vital load rendah shg jml virus yg ada dlm darah dan cairan tbh kurang efektif utk menularkan HIV
Saat melahirkan : penggunaan ARV saat persalinan dan BBL, persalinan sebaiknya SC (terbukti mengurangi risiko penularan 80%)
Setelah persalinan : informasi yg lengkap pd ibu ttg risiko ASI.

  • Wanita hamil dg HIV akan memproduksi antibodi IgG
  • IgG menembus plasenta ke janin
  • Darah tali pusat memberi hsl positif saat test ELISA (enzime linked immunosorbent assay)/western blot

Depresi fisiologis

BBL memproduksi respon antibodi yg tdk terlalu aktif
Lebih terbatas thd infeksi HIV
Bayi lahir dg ibu HIV seropositif : memiliki antibodiHIV saat lahir.
Bayi tdk terinfeksi akan kehilangan antibodi maternal sekitar 8-15 bl.
Sebagian besar bayi terinfeksi : mengembangkan antibodi mereka sendiri dan tetap seporopositif


Bayi yang memperlihatkan tanda2 infeksi saat lahir cenderung meninggal dlm satu bulan.

Penatalaksanaan
Meningkatkan kewaspadaan universal
Kewaspadaan utk membatasi prosedur invasif
Sirkumsisi pd anak laki2 dihindarkan saat lahir
Ujung tali pusat dibersihkan dg cermat tiap hr sampai pulih.
Terapi gamma globulin utk profilaksis
Medikasi antimikroba yg spesifik utk infeksi
Kortikosteroid jika terdpt pneumonitis interstisial limfoid.

Penatalaksanaan
Asuhan ibu : ikuti panduan Center for Disease Control (CDC) utk profilaksis antiretrovirus gestasional.

Asuhan keperawatan
Pengkajian bayi baru lahir berisiko :
Anamnesa : tanyakan faktor risiko (ibu dengan HIV positif dan hal-hal yg terkait)
Pemeriksaan fisik :
Sistem integumen :
Apakah bayi mengalami sianosis, mottling, pucat, terdpt lesi, ruam, insisi, kulit maserasi, edema, terdpt akses intravena

Sistem neurologi :apakah fontanel anterior cekung atau menonjol, terdpt bengkak pd kulit kepala, rentang gerak sendi terbatas, apakah tangisan lemah, letargi, bagaiman bayi berespon thd stimulus saat dipegang
Sistem pernapasan : apakah terdpt gerakan dinding dada yg tdk sama, suara nafas yg tdk sama, bunyi rales, ronkhi, wheezing, napas cuping hidung, apakah frekuensi napas diluar parameter normal.

Sistem cardiovaskuler : apakah ada ritme yg abnormal, nadi perifer yg tdk sama, CRT memanjang, apakah ht terlalu tinggi.
Sistem pencernaan : apakah abdomen distensi, apakah umbilikus meradang atau berair, apakah bising usus hipoaktif, hiperaktif atau tdk terdengar, diare
Sistem perkemihan : apakah bj urine rendah atau tinggi, apakah haluaran urine kurang dr 2 ml/kgBB/jam, apakah terdpt residu yg berlebihan.

Bayi baru lahir dengan HIV belum menunjukkan gejala yg khas, tapi pd perkembangannya akan memiliki gejala umum :
  • Gangguan tumbang
  • Kandidiasis oral
  • Diare kronis
  • Hepatosplenomegali
  • Hal yg mrpk pedoman diagnosis adalah melalui pemeriksaan diagnostik.

Diagnosa keperawatan
Risiko infeksi yg b.d peningkatan kerentanan sekuder terhadap perlemahan sistem imun.
Perubahan nutrisi kurang dr kebutuhan tbh yg b.d dg gangguan pencernaan
Kelemahan yg b.d defisiensi nutrisi
Ansietas (orgtua) yg b.d status bayi sakit

Rencana tindakan
Risti infeksi :
Tujuan : ibu dpt mengidentifikasi risiko infeksi, dpt memonitor faktor risiko yg ada disekitarnya, menunjukkan kemampuan utk mencegah terjadinya infeksi
Rencana tindakan :
  • Berikan informasi risiko infeksi apa saja yg dpt muncul
  • Ajarkan lifestyle yg sehat.
  • Lakukan universal precaution yg tepat saat prosedur tindakan

Nutrisi kurang :
Tujuan : nutrisi tubuh tercukupi sesuai usia bayi.
Rencana tindakan :
  • Informasikan pentingnya nutrisi yg adekuat utk bayi
  • Anjurkan utk menggantikan ASI dengan susu formula.

Kamis, 20 Mei 2010

INFEKSI TULANG (Osteomyelitis)



Bakteri pyogenik : PUSStaphylococcus Aureus (90%)
Streptococcus
Haemophylus Influensa
Mycobacterium tb : Granulomatous

Osteomyelitis Pyogenik
PRIMER : acute hematogenous (krn timbul sebagai komplikasi dari infeksi di tempat lain : faringitis, otitis media, impetigo)---- ikut aliran darah dan berhenti di Metaphysis tulang
SEKUNDER: operasi / luka

Osteomyelitis Pyogenik
ACUT HEMATOGENOUS :Anak-anak
Tulang Panjang
Hematogen
MetaphysisTrauma
Urut/ massage

GEJALA
  • Riwayat trauma (50%)
  • Nyeri tekan
  • Nyeri hebat
  • Functiolaesa
  • Tanda-tanda radang
  • Panas
  • Malaise
  • Anorexia


RONGTEN

Pembengkakan

Periosteal reaction (> 7 hari)

Scintigrafi / MRI / CT- Scan

Diagnosis Banding

  1. Cellulitis
  2. Osteosarcoma/Ewing sarcoma
  3. Rheumatif fever
  4. Lokal trauma





Penanganan
Perbaiki Kondisi umum
Infus
Diet TKTP
Bed Rest / kruk / splint / traksi

Terapi
Analgetik
Penicillin Derivat
Cephalosporin generasi I
AB ≈ kultur
Intravenous : 2 minggu, oral 4 minggu
Evakuasi pus bila 24 jam tidak ada perbaikan

Prognosis
Tergantung
Waktu terapi
<> 7 hari : dubia
Dosis antibiotik
Durasi terapi

Komplikasi

AWAL
- Sepsis
- Abses kronis
- Septic arthritis

LAMBAT
- Osteomyelitis kronis
- Degenerasi maligna
- Fraktur patologis
- Kontraktur
- Gangguan pertumbuhan

Osteomyelitis sekunder → kronis
Penyebab :
Operasi
Fraktur terbuka
Orif → Implant

Gejala ≈ Acut HEMATOGENOUS
Penanganan
- Gathering → Irigasi
- Cabut implant → ganti external fixasi
- Antibiotik :
- Interovenous
- Gentamycin

AMPUTASI

Amputasi


Merupakan perlakuan yang menyebabkan cacat menetap

Merupakan suatu titik awal kehidupan baru yang lebih bermutu
Amputasi dengan indikasi yang tepat tidak perlu disesalkan oleh dokter atau penderita
Indikasi amputasi adalah kelainan yang disebabkan penyakit pembuluh darah, cedera dan tumor ganas
Amputasi jarang dilakukan karena infeksi, kelainan bawaan, atau kelainan neurologik
Amputasi karena kelainan pembuluh darah sering pada orang tua, jarang pada orang dewasa
Amputasi karena tumor ganas sering pada anak-anak dan dewasa, sebagai upaya untuk mencegah penyebaran tumor
Amputasi tangan atau lengan hanya dilakukan pada cedera berat atau pada tumor ganas, karena protesis tangan sangat mengecewakan

baca Askep Amputasi

Batas amputasi

Batas amputasi ditentukan oleh luas dan jenis penyakit
Batas amputasi cedera ditentukan oleh peredaran darah yang adekuat
Batas amputasi tumor ganas ditentukan oleh daerah bebas tumor dan bebas risiko kekambuhan lokal
Batas amputasi penyakit pembuluh darah ditentukan oleh vaskularisasi sisa ekstremitas dan daya sembuh puntung
Umumnya batas amputasi dilakukan sedistal mungkin
Untuk ekstremitas bawah, untuk alasan protesis dipakai istilah batas amputasi klasik
Pada ekstremitas atas tidak dipakai batas amputasi tertentu, dianjurkan batas amputasi sedistal mungkin (setiap sentimeter harus diselamatkan)
Batas amputasi klasik

Eksartikulasi jari-jari
Transmetatarsal
Artikulasi pergelangan kaki (Syme)
Amputasi tungkai bawah (batas amputasi ideal)
Tungkai bawah batas amputasi minimal
Eksartikulasi lutut
Amputasi tungkai atas jarak minimal dari sela lutut
Amputasi tungkai atas (batas amputasi ideal)
Amputasi tungkai atas batas minimal
Eksartikulasi tungkai
Hemipelvektomi

Untuk mengatasi masalah paska amputasi, dapat digunakan protesis untuk menggantikan bagian ekstremitas yang hilang
Setelah amputasi selalu terdapat perasaan bagian ekstremitas yang hilang masih ada dan setiap penderita akan mengalami. Sebagian penderita merasa terganggu dan sebagian lagi merasa nyeri. Keadaan ini disebut Fenomena Fantom

Rabu, 19 Mei 2010

ASKEP PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI

HALUSINASI



A. Pengertian

Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) pasca indera tanpa adanyarangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik.

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.

Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan. Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi. Sehingga penulis merasa tertarik untuk menulis kasus tersebut dengan pemberian Asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

B. Klasifikasi
Klasifikasi halusinasi sebagai berikut :

a. Halusinasi dengar (akustik, auditorik), pasien itu mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan, atau mengancam padahal tidak ada suara di sekitarnya.
b. Halusinasi lihat (visual), pasien itu melihat pemandangan orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada.
c. Halusinasi bau / hirup (olfaktori). Halusinasi ini jarang di dapatkan. Pasien yang mengalami mengatakan mencium bau-bauan seperti bau bunga, bau kemenyan, bau mayat, yang tidak ada sumbernya.
d. Halusinasi kecap (gustatorik). Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi bau / hirup. Pasien itu merasa (mengecap) suatu rasa di mulutnya.
e. Halusinasi singgungan (taktil, kinaestatik). Individu yang bersangkutan merasa ada seseorang yang meraba atau memukul. Bila rabaab ini merupakan rangsangan seksual halusinasi ini disebut halusinasi heptik.

C. Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada pembicaraan. Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis , psikologis , sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis , pemicu masalah sumber-sumber koping dan mekanisme koping.

D. Psikopatologi
Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain. Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar.Bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal atau patologis, maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscious bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi.

Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna.

E. Tanda dan Gejala
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering di dapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau bicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang di alaminya (apa yang di lihat, di dengar atau di rasakan).

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :

a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.

Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.

b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.

c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada.
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.

d. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.

e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.

F. Pengkajian
Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada dibawah ini yaitu :

a. Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari pasien maupun keluarganya, mengenai factor perkembangan sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik yaitu factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.

Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.

Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien di besarkan.

Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP).

Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas.

Faktor genetik
Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor Presipitasi
Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman / tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada dilingkungan juga suasana sepi / isolasi adalah sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

c. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakekat keberadaan seorang individu sebagai mahkluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari dimensi yaitu :

1. Dimensi Fisik

Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsang eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.

2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.

3. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien.

4. Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem control oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.

5. Dimensi Spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Pada individu tersebut cenderung menyendiri hingga proses diatas tidak terjadi, individu tidak sadar dengan keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya individu kehilangan kontrol kehidupan dirinya.

d. Sumber Koping
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber koping dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.

f. Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri

G. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
a. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan
dengan halusinasi.
b. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
c. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

H. Intervensi
a. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan
dengan halusinasi
Tujuan : Tidak terjadi perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya dalam keadaan saat ini secara verbal.
2. Pasien dapat menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan saat halusinasi, cara memutuskan halusinasi dan melaksanakan cara yang efektif bagi pasien untuk digunakan
3. Pasien dapat menggunakan keluarga pasien untuk mengontrol halusinasi dengan cara sering berinteraksi dengan keluarga.

Intervensi :
a. Bina Hubungan saling percaya
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
c. Dengarkan ungkapan klien dengan empati
d. Adakan kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap (waktu disesuaikan dengan kondisi klien).
e. Observasi tingkah laku : verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasi.
f. Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi dengan menggambarkan
tingkah laku halusinasi.
g. Identifikasi bersama klien situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi, isi, waktu, frekuensi.
h. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya saat
alami halusinasi.
g. Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan bila sedang
mengalami halusinasi.
h. Diskusikan cara-cara memutuskan halusinasi
i. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan cara memutuskan halusinasi yang sesuai dengan klien.
j. Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok
k. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga ketika mengalami
halusinasi.
l. Diskusikan dengan klien tentang manfaat obat untuk mengontrol
halusinasi.
m. Bantu klien menggunakan obat secara benar.

b. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
Tujuan : Klien mampu mengontrol halusinasinya
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat dan mau berjabat tangan.
2. Pasien mau menyebutkan nama, mau memanggil nama perawat dan mau duduk bersama.
3. Pasien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri.
4. Pasien mau berhubungan dengan orang lain.
5. Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secara bertahap dengan keluarga

Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Buat kontrak dengan klien.
c. Lakukan perkenalan.
d. Panggil nama kesukaan.
e. Ajak pasien bercakap-cakap dengan ramah.
f. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
serta beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaan penyebab pasien tidak mau bergaul/menarik diri.
g. Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta yang mungkin jadi penyebab.
h. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan.
i. Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan.
j. Perlahan-lahan serta pasien dalam kegiatan ruangan dengan melalui
tahap-tahap yang ditentukan.
k. Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai.
l. Anjurkan pasien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari berhubungan.
m. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan pasien mengisi waktunya.
n. Motivasi pasien dalam mengikuti aktivitas ruangan.
o. Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan.
p. Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling percaya dengan
keluarga.
q. Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebab
dan car a keluarga menghadapi.
r. Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi.
s. Anjurkan anggota keluarga pasien secara rutin menengok pasien minimal
sekali seminggu.

c. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan : Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan
2. Pasien dapat menyebutkan efektifitas koping yang dipergunakan
3. Pasien mampu memulai mengevaluasi diri
4. pasien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengan
kemampuan yang ada pada dirinya
5. Pasien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuai
dengan rencanan

Intervensi :
a. Dorong pasien untuk menyebutkan aspek positip yang ada pada
dirinya dari segi fisik.
b. Diskusikan dengan pasien tentang harapan-harapannya.
c. Diskusikan dengan pasien keterampilannya yang menonjol selama di
rumah dan di rumah sakit.
d. Berikan pujian.
e. Identifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh pasien
f. Diskusikan koping yang biasa digunakan oleh pasien.
g. Diskusikan strategi koping yang efektif bagi pasien.
h. Bersama pasien identifikasi stressor dan bagaimana penialian pasien
terhadap stressor.
i. Jelaskan bahwa keyakinan pasien terhadap stressor mempengaruhi
pikiran dan perilakunya.
j. Bersama pasien identifikasi keyakinan ilustrasikan tujuan yang tidak
realistic.
k. Bersama pasien identifikasi kekuatan dan sumber koping yang dimiliki
l. Tunjukkan konsep sukses dan gagal dengan persepsi yang cocok.
m. Diskusikan koping adaptif dan maladaptif.
n. Diskusikan kerugian dan akibat respon koping yang maladaptive.
o. Bantu pasien untuk mengerti bahwa hanya pasien yang dapat merubah
dirinya bukan orang lain
p. Dorong pasien untuk merumuskan perencanaan/tujuannya sendiri
(bukan perawat).
q. Diskusikan konsekuensi dan realitas dari perencanaan / tujuannya.
r. Bantu pasien untuk menetpkan secara jelas perubahan yang diharapkan.
s. Dorong pasien untuk memulai pengalaman baru untuk berkembang
sesuai potensi yang ada pada dirinya.



DAFTAR PUSTAKA
Directorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I. Keperawatan Jiwa. Teori
dan Tindakan Keperawatan Jiwa, , 2000
Keliat Budi, Anna, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, EGC,
, 1995
Keliat Budi Anna, dkk, Proses Keperawatan Jiwa, EGC, , 1987
Maramis, W.F, Ilmu Kedokteran Jiwa, Erlangga Universitas Press, , 1990
Rasmun, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga, CV.
Sagung Seto, , 2001.
Residen Bagian Psikiatri UCLA, Buku Saku Psikiatri, EGC, 1997
Stuart & Sunden, Pocket Guide to Psychiatric Nursing, EGC, , 1998

KEDARURATAN PSIKIATRI


KEDARURATAN PSIKIATRI
dr. Agustina Sjenny, Sp.KJ




  • GADUH GELISAH
  • SUICIDE ( ancaman bunuh diri )
  • HOMICIDE ( ancaman membunuh )
  • WITHDRAWAL / INTOKSIKASI (opiat)

1. Gaduh Gelisah

  1. gelisah
  2. mondar-mandir
  3. berteriak- teriak
  4. loncat-loncat
  5. marah-marah
  6. curiga +++
  7. agresif
  8. beringas
  9. agitasi
  10. gembira +++
  11. bernyanyi +++
  12. bicara kacau
  13. mengganggu orang lain
  14. tidak tidur beberapa hari
  15. sulit berkomunikasi
  16. dll
ETIOLOGI PSIKOSIS

  1. Psikosis Akut
  2. Skizofrenia
  3. Bipolar, episode manik
  4. Psikosis Akut lainnya
  5. Delirium, dll

  • Non PSIKOSIS

Kemarahan
Kebingungan
Kepribadian Eksplosif
Epilepsi Grandmall

PSIKOSIS

Gejala utama
1. Halusinasi ( yg sering: akustik & visual )
2. Delusi / waham
3. Perilaku disorganisasi ( kekacauan psikomotor )
4. Asosiasi pikir kacau/inkoherensi

(5). Affek / mood : naik/turun, berkabut, berubah

PSIKOSIS vs SKIZOFRENIA

Gejala utama
1. Halusinasi akustik ------- komando, komentar
2. Delusi / waham ---------- bizar, tidak sistematik
3. Asosiasi pikir kacau ----- neologisme, inkoherent
4. Perilaku disorganisasi ----- autistik

5. Affek/mood ----------------------------- tumpul, mendatar

TINDAKAN (1)

  • ‘ATTENDING SKILL’ (mendampingi)
  • sikap ramah
  • tutur lembut
  • sikap empati
  • sentuhan fisik ?
  • tidak menghakimi
  • ( tidak mencari apa/siapa yg salah )
TINDAKAN (2)

SALAM

KALIMAT PEMBUKA
“Apa yg bisa saya bantu?”
“Ada yg mau diceritakan kepada saya ?” , dll

Buatlah pasien senyaman mungkin
tempat duduk / posisi
ditemani atau mau sendirian saja
awali dg pertanyaan yg ringan & sederhana

TINDAKAN (3)
‘MENGURANGI RISIKO’

Singkirkan ‘barang berbahaya’
Jauhkan dari api, mesin, tempat tinggi, dll
Tenangkan secara psikologik (attending skill)
Tenangkan dg psikofarmaka  segera !

PSIKOFARMAKA (1)
Antipsikotik injeksi / sediaan cepat larut

Klorpromasin 50 – 100 mg im/iv
Haloperidol 5 – 10 mg im/iv
Fluphenazine 5 – 10 mg im/iv
Olanzapine 10 – 30 mg im

(Risperidone) 4 – 8 mg solution,
quicklet

PSIKOFARMAKA (2)
Ansiolitik
Diazepam 10 mg iv/im
Midazolam (Dormicum) 5 –10 mg iv/im

Antidepresan ?
Barbiturat
Phenobarbital
Penthotal
RAWAT INAP ??

apabila
Membahayakan diri sendiri
Membahayakan orang lain
Situasi-kondisi di luar RS tak mendukung terapi

2. SUICIDE
PENYEBAB
Krisis-penderitaan
protes, tak berdaya, tak tertahan, putus asa

….tak ada pilihan
suicide
DEPRESI ide/waham nihilistik
SKIZOFRENIA halusinasi auditorik

TINDAKAN pada kasus suicide


PSIKOFARMAKA
Untuk mengatasi gejala apa ?

Waham/ide ----- antipsikotik
Halusinasi ----- antipsikotik
Insomnia ----- hipnotik
Ansietas ----- ansiolitik
Depresi ----- antidepresant
3. HOMICIDE
PENYEBAB
PSIKOSIS : waham, halusinasi
NON PSIKOSIS : impulsif, hostilitas, budaya

ANALISA ANCAMAN
Menentukan tingkat bahaya/emergency
Menentukan apakah perlu rawat inap ?

TINDAKAN pada kasus homicide

Apabila ancamannya tingkat serius, tindakan:
--- RAWAT INAP

Berikan catatan di status -----‘awas HOMICIDE’

Berikan Psikofarmaka
mengubah disorganisasi proses pikir
mengendalikan psikomotor
menidurkan




PSIKOFARMAKA
Untuk mengatasi gejala apa ?


Waham ----- antipsikotik
Halusinasi ----- antipsikotik
Kemarahan ----- ansiolitik ? antipsikotik
Gelisah ------ ansiolitik ? antipsikotik ?
Insomnia ----- sedatif/hipnotik ?
ansiolitik ?
antipsikotik ?

4.1. INTOKSIKASI OPIAT

Anamnesis :
Riwayat ‘abuser’
Zat apa yg sering dipakai ?
Pemeriksaan Klinis

Klinis yg mengancam jiwa
Koma, kejang, henti nafas, henti jantung
4.2. OPIAT WITHDRAWAL
pilek, batuk, menguap, lakrimasi
suhu tubuh
pupil dilatasi
mual, muntah, diare
vasodilatasi umum:
panas-dingin,‘meriang’, keringat >>, piloereksi
takhikardi, tensi , RR
insomnia

OPIAT WITHDRAWAL (2)

nafsu makan hilang
ansietas, gelisah
mialgia, arthralgia
lesu-lemas
tremor, kramp perut, kejang
‘craving’


OPIAT WITHDRAWAL (3)
Onzet : 6 – 8 jam

Puncak gejala : hari ke 2 dan 3

Lama gejala : 7 – 10 hari


Kasus 1

Wanita muda, 35 th, menikah. Baru saja mengetahui bahwa suaminya mempunyai ‘wanita simpanan’. Ia tampak sedih, menangis, meraung, gelisah, teriak-teriak, ‘histeris’, dll.
Gejalanya hilang timbul.

Sikap
Pendekatan psikologik ?
Pendekatan medikamentosa ?
Diagnosis ? Tindakan ?

Kasus 2

Pria, 35 th. Gejala yg muncul sejak setahun y.l., ia menyatakan sedih & murung. Ia sering menyendiri, banyak melamun. Ia merasa ‘kosong’, tak berguna, banyak dosa. Tidak sanggup lagi meneruskan kehidupannya. Sering menyesali perilakunya. Ia juga menyatakan sering mendengar bisikan-bisikan.

Sikap?
Pendekatan psikologik ?
Pendekatan medikamentosa ?
Diagnosis ? Tindakan ?

Kasus 3

Pria, 25 th., mahasiswa. Ia meyakini ada salah satu dosennya membenci dirinya, sehingga ia di DO. Ia juga merasakan teman-temannya menjauhinya. Ia sering mendengar bisikan-bisikan yg kurang jelas kata-katanya. Ia juga sering ketakutan, katanya ada orang yg akan membunuhnya. Orangtuanya menambahkan, bahwa anaknya sejak lama sbg pecandu narkoba jenis ekstasi.

Sikap?
Diagnosis ?
Pendekatan psikologik ?
Pendekatan medikamentosa ?

PSIKOSOMATIS


PSIKOSOMATIS
dr. Agustina Sjenny, Sp.KJ
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa :
Tidak semua perubahan perilaku, pikiran, atau perasaan yang nampak/bermanifestasi tidak lazim, atau “menyimpang”
Bila memenuhi kriteria gangguan jiwa.

Gangguan Jiwa
Suatu kelompok gejala atau perilaku (yang bermakna), dan dapat ditemukan secara klinis dan yang disertai dengan penderitaan (distress) pada kebanyakan kasus, dan yang berkaitan dengan terganggunya fungsi (disfungsi) seseorang.
Gangguan Jiwa
Fisik  Jiwa, Jiwa  Fisik
Pemeriksaan secara komprehensif, evaluasi multiaksial meliputi :
  1. Aksis I : Gangguan Jiwa
  2. Aksis II : Ciri Kepribadian atau Ggn Kepribadian
  3. Aksis III : Kondisi atau Penyakit Fisik/Medik
  4. Aksis IV : Stresor psikososial
  5. Aksis V : Kemampuan Adaptasi Psikososial Tertinggi dlm 1 th terakhir
Penggolongan Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
  • F0 : GMO, termasuk Gangguan Mental Simptomatik
  • F1 : Ggn Mental & Perilaku Akibat Zat Psikoaktif
  • F2 : Skizofrenia, Ggn Skizotipal dan Ggn Waham
  • F3 : Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif)
  • F4 : Ggn Neurotik, Ggn Somatoform dan Ggn ~ Stres
  • F5 : Sind Tingkah Laku yg Berhub dg Ggn Fisiologis & Fisik
  • F6 : Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa
  • F7 : Retardasi Mental
  • F8 : Gangguan Perkembangan Psikologis
  • F9 : Ggn Perilaku & Emosional dg Onset Biasanya pd Masa kanak dan Remaja

F4 : Ggn Neurotik, Ggn Somatoform dan Ggn yg Berkaitan dg Stres
Ciri khas :
Kecemasan,
Fobia,
Obsesif-kompulsif,
Reaksi terhadap stres,
Disosiatif, atau
Somatoform
Latar belakang : faktor psikologis (??)

F45 : Gangguan Somatoform
Ciri khas :
keluhan gejala fisik yang berulang
permintaan pemeriksaan medis, walaupun negatif
Onset dan kelanjutan gejala berkaitan dengan peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan atau konflik-konflik
Pasien menyangkal/menolak membahas
Gejala anxietas dan depresi : ±

F45 : Gangguan Somatoform
Yang termasuk dalam golongan ini :

F45.0 : Gangguan Somatisasi
F45.1 : Gangguan Somatisasi tak Terinci
F45.2 : Gangguan Hipokondrik
F45.3 : Disfungsi Autonomik Somatoform
F45.4 : Ggn Nyeri Somatoform Menetap
F45.8 : Gangguan Somatoform Lainnya

Psikosomatis
Psikosomatis/somatisasi :
Ggn psikis yang tampil dalam bentuk gejala-gejala fisik.
Penyakit fisik yang disebabkan oleh pikiran negatif dan/atau masalah emosi seperti stres, depresi, kecewa, kecemasan, rasa berdosa, dan emosi negatif lainnya.
Psikosomatis

Gejala :
Pegal-pegal, nyeri, mual, muntah, kembung, sendawa
Kulit gatal, kesemutan, mati rasa, pedih seperti terbakar, dan sebagainya.
Berlangsung lama dan berulang-ulang serta berganti-ganti atau berpindah-pindah tempat  mengganggu  sering ke dokter.

Psikosomatis
Pasien psikosomatis :
sulit membedakan apakah penyakit yang diderita itu psikosomatis atau disebabkan gangguan organis biasa, apalagi jika masalah emosi/pikiran penyebab sakit itu tidak disadari.

Psikosomatis
Gangguan psikosomatis >> usia awal 30-an.
Anak-anak bisa terhindar dari gangguan ini karena belum memiliki beban pikiran seperti orang dewasa.

Terapi :
Farmakoterapi
Psikoterapi

Contoh Kasus
Heru. Pria 38 tahun ini dirujuk ke Poli Jiwa dan Poli Penyakit Dalam dengan keluhan maag dan sakit di dada. Keluhan makin terasa menyiksa ketika obat maag dari dokter tidak lagi mempan mengatasi nyeri lambungnya.
Setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh tidak ditemukan gangguan. Ahli penyakit dalam menduga Heru mengalami gangguan psikosomatis dan merujuknya ke bagian jiwa.

Contoh Kasus
Wawancara : Heru selalu memikirkan sahamnya dan takut kehilangan uang tersebut. Ia memiliki latar belakang keluarga yang pas-pasan, sehingga uang sangat berarti baginya. Beban pikiran itu bermanifestasi menjadi keluhan fisik berupa nyeri lambung.

Contoh Kasus
Dalam bbrp bln ini hampir setiap bln Sally (29) menemui dokter. Ia khawatir hal terburuk terjadi pada dirinya, kanker.
Konsultan komputer yang tinggal di Atlanta, AS, ini sudah lebih dari 3 th menderita sakit perut kronis dan sakit kepala.
Anehnya, dokter belum juga menemukan penyakit yang dideritanya. Karena itu ia setuju dilakukan serangkaian pemeriksaan sekali lagi.

Contoh Kasus
Dengan gugup Sally meremas-remas tisu di tangannya sambil menantikan vonis dokter. Tapi ternyata pemeriksaan menunjukkan hasil negatif.
Hal yang semestinya menggembirakan itu justru mengesalkan karena berarti penderitaannya masih akan berlanjut.
"Kami tak menemukan penyakit Anda. Berdasarkan hasil pemeriksaan, Anda benar-benar sehat," kata dokter itu sambil menaruh berkas laporan itu di meja kerjanya.

Contoh Kasus
Setengah putus asa seminggu kemudian, Sally menemui dokter lain. Kali ini masih tentang penyakit "aneh"nya yang tak kunjung sembuh itu.
Oleh dokter yang terakhir ini ia dinyatakan menderita somatisasi, yaitu manifestasi penderitaan emosional dalam bentuk gejala fisik yang tidak jelas.

Selasa, 18 Mei 2010

Dislokasi Sendi Tulang

Dislokasi Bahu

Dislokasi bahu
Paling sering pada usia muda dan diakibatkan oleh abduksi, ekstensi dan rotasi eksterna traumatik yang berlebihan pada ekstremitas atas. contoh : posisi waktu akan melempar bola.
Dislokasi bahu : kaput humeri tergeser ke anterior & inferior, melalui robekan kapsul sendi bahu.

Pada pemeriksaan awal diperiksa keadaan neurovaskuler ekstremitas yang mengalami cedera.
Peredaran darah, sensasi, reflek-reflek dan kekuatan motorik harus diperiksa.
Diagnosis dislokasi bahu didapatkan dari tanda-tanda klinis dan terdapat perpindahan kaput humeri dari tempatnya pada sinar-X (RÅ‘entgen)
Terapi : reduksi atau reposisi dengan anestesi umum menggunakan teknik Kocher dan imobilisasi dengan arm sling selama 3 minggu

RÅ‘ kontrol paska reduksi harus dapat menunjukkan gambar anatomi normal
Komplikasi dislokasi bahu
Dini : kerusakan saraf di regio aksilaris dan kerusakan kapsula sendi
Lanjut :

Kekakuan (stiffness) sendi
Dislokasi rekuren (berulang) krn imobilisasi kurang dari 3 minggu

Dislokasi panggul
Merupakan gawat darurat orthopedik, kaput femoris keluar dari mangkok sendi
Dislokasi panggul posterior (paling sering) dan anterior
Trauma penyebab paling sering dislokasi posterior karena dushboard injury

Sendi panggul yang mengalami dislokasi yang tidak direposisi dalam waktu 12 jam atau paling lama 24 jam sesudah cedera akan mengalami nekrosis avaskuler

Dislokasi panggul dikenali dengan adanya :
Nyeri daerah glutea, scrotum dan paha
Posisi ekstremitas bawah yang kaku
Fleksi putri malu (dislokasi posterior) dan fleksi abduksi (dislokasi anterior)
Shortening (pemendekan)
Terapi : Reposisi emergency (segera) dengan teknik Bigelow
Komplikasi dislokasi panggul (harus dijelaskan pd pasien)
Cedera saraf skiatika
Osteoartritis
Nekrosis avaskuler
Paska tindakan : sendi diimobilisasi selama 3 minggu dengan skin traksi, setelah itu penderita jalan non weight bearing (NWB) selama 6 minggu






Sindrom Kompartemen

Iskhemia pada otot dapat terjadi tanpa didahului trauma pada arteri
Pembengkakan otot dan tekanan dalam otot meningkat
Bila tekanan tsb melebihi tekanan diastolik, maka iskhemia timbul seperti halnya oklusi (sumbatan) pembuluh darah

Tanda dan gejala sindrom kompartemen
Nyeri pada keadaan istirahat (pain)
Parestesia
Pucat (pale)
Paresis atau paralisis
Denyut nadi hilang
Jari di posisi fleksi
Tekanan dalam kompartemen tinggi
Gangguan diskriminasi dua titik
Terapi : fasiotomi segera


Komplikasi pada Tulang
  1. Delayed Union (Penyambungan tertunda)
  2. Non Union (Penyambungan tidak tejadi)
  3. Malunion (Penyambungan abnormal)
  4. Stiffness (Kekakuan sendi)
  5. Osifikasi Patologis
  6. Nekrosis Avaskuler
  7. Osteoartritis
  8. Emboli Lemak

Delayed Union
Tidak ada tanda-tanda terjadinya union dalam waktu rata-rata penyambungan tulang pada umumnya.
Penyebab : Infeksi, interposisi, imobilisasi yang tdk memadai, dll (cari penyebab)

Terapi : konservatif hingga 6 bulan, jika setelah 6 bulan tidak terjadi union dilakukan tindakan operasi ‘osteotomi’.

Non Union
Secara klinis dan radiologis tidak terdapat penyambungan fraktur
Ujung fragmen terlihat sklerosis
Tidak ada trabekula yang menyeberangi garis fraktur
Kavitas medularis tertutup dan pada pemeriksaan terdapat gerakan luar biasa yang disebut sendi palsu (Pseudoarthrosis)
Penyebab non union adalah :
Infeksi pada tulang
Kerusakan pembuluh darah ke tulang
Gerakan karena fiksasi yang tidak memadai

Hilangnya aposisi fragmen spt distraksi shg ada gap antara fragmen2 fraktur
Interposisi, artinya jaringan lunak atau otot berada di antara fragmen2 fraktur
Proses patologis pada tulang yg disebut fraktur patologis
Terapi non union : pemberian graft dengan fiksasi interna (ORIF), graft diambil dari tulang kanselus disekitar fragmen tersebut

Malunion
Penyambungan fraktur yang tidak normal shg menimbulkan deformitas
Penyebab : terapi fraktur yang tidak memadai
Apabila terjadi pada tulang panjang yang menyangga badan akan menyebabkan osteoartritis pada sendi-sendi yang terdekat dengan fraktur
Terapi : refraktur dan osteotomi koreksi

Kekakuan sendi (Stiffness)
Perlengketan intraartikular dan periartikular akan membatasi gerakan sendi
Terapi : latihan gerakan jangka lama (fisioterapi) utk mengembalikan fungsi anggota tsb, kadang perlu dilindungi dengan anestesi pada perlengketan intraartikular.

Osifikasi Patologis
Disebut juga myositis ossificans akibat osifikasi hematom yg berlokasi di jaringan lunak atau periosteum yg terlepas tulang karena trauma
Terbanyak pada sendi siku dan otot quadrisep
Terapi : imobilisasi selama 3 minggu setelah trauma dan sekali-kali melakukan stretching. Gerakan aktif setelah 3 minggu imobilisasi. Jika kelainan tersebut sangat besar dianjurkan eksisi setelah kelainan tersebut matur.

Nekrosis Avaskuler
Akibat terputusnya vaskularisasi akibat trauma shg menimbulkan kematian sebagian atau keseluruhan dari satu fragmen fraktur disebut nekrosis avaskuler
Nekrosis ini dapat menyebabkan non union, osteoartritis dan degenerasi sendi
Daerah yang sering mengalami nekrosis avaskuler kolum femoris, os skapoideum, talus, lunatum.
Pada pemeriksaan sinar-X tulang mati tampak gambaran sklerotik (radio opak) dibandingkan tulang sekitarnya

Terapi : pada anggota gerak bawah harus Non Weight Bearing (NWB), shg pada penyembuhan tidak terjadi deformitas. Sering dilakukan operasi untuk memperbaiki sendi

Osteoartritis
Permukaan sendi pada penderita osteoartritis terlihat tidak rata sebagai akibat fraktur intraartikular, proses degenerasi dan malunion

Emboli lemak
Akibat fraktur tulang panjang
Butiran lemak dari daerah fraktur masuk melalui pembuluh darah balik (vena) terus ke paru-paru dan sampai ke aliran sistemik
Emboli tsb menutup pembuluh darah kecil
Gejala klinis akan timbul sesuai daerah yg terjadi oklusi
Kelainan ini timbul beberapa jam atau beberapa hari pasca trauma
Penderita yg semula terlihat normal tiba-tiba spt mengantuk dan irritable


Pulsus dan temperatur badan meningkat dan kadangkala terlihat aneh
Petekia terlihat di leher, dada bagian atas, bahu dan regio aksilaris
Bila oklusi di otak maka keadaan mengantuk berlanjut menjadi koma dan kematian
Pada paru-paru, penderita terlihat sianotik dan tanda-tanda kongesti pulmonum. Gambaran sinar-X pada pulmo terlihat pengkabutan yang merata

Terapi :
tidak ada terapi
Terapi oksigen dengan ventilasi adalah tindakan live saving saja

Diagnosis, Penatalaksanaan, Komplikasi Fraktur



Riwayat trauma
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi (look)
Deformitas : angulasi, pemendekan, rotasi
Ada bengkak atau kebiruan
Fraktur terbuka atau tertutup

b. Palpasi (Feel)
Nyeri tekan pada daerah fraktur, nyeri bila digerakkan
Krepitasi
Gerakan (Moving)
Gerakan luar biasa (abnormal) pada daerah fraktur
Pemeriksaan trauma di tempat lain; kepala, torak, abdomen, dll
Pemeriksaan komplikasi fraktur seperti neurovaskuler bagian distal fraktur yang berupa : pulsus arteri, warna kulit, temperatur kulit, pengembalian darah ke kapiler (Capillary refill test), sensasi, dll

Pemeriksaan dengan sinar-X
Setelah diimobilisasi dilakukan pemeriksaan dgn sinar-X dengan proyeksi AP dan lateral
Syarat foto Roentgen pada fraktur :
Fraktur di pertengahan foto
Tampak persendian proksimal dan distal dari fragmen fraktur
Sinar menembus tegak lurus
Dua foto dua arah bersilangan 90 derajat

Proses Penyembuhan Fraktur

Penyembuhan fraktur ada 5 stadium
Pembentukan hematom : pada daerah fragmen fraktur terdapat penimbunan darah
Organisasi hematom

Beberapa jam setelah trauma fibroblas dari jaringan sekitar masuk ke hematom
Beberapa hari kemudian terjadi pembentukan kapiler
Secara bertahap hematom menjadi jaringan granulasi
Pembentukan Kalus

Fibroblas yang ada dijaringan granulasi mengalami metaplasi dan berubah menjadi kolagenoblas kondroblas, kemudian menjadi osteoblas
Timbunan jaringan tulang yang berada di sekitar jaringan kolagen dan pulau-pulau kartilago disebut Woven Bone (Kalus)

4. Konsolidasi
Woven bone berubah menjadi Lamellar bone
5. Remodeling
Kalus yang berlebihan di sekitar fragmen menghilang shg terbentuk tulang normal
Kanalis medularis mulai terbentuk

Terjadinya union (penyambungan) tulang bervariasi antara tulang-tulang yang ada di dalam tubuh
Pada orang dewasa : union tulang kortikal membutuhkan waktu 3 bulan, sedang pada tulang kanselus 6 minggu
Pada anak-anak : union tulang membutuhkan separoh waktu yang dibutuhkan orang dewasa

Gangguan Penyembuhan Fraktur

Imobilisasi yang tidak cukup
Pada pemasangan gips proksimal dan distal fraktur harus diimobilisasi
Infeksi
Hematom mrp lingkungan paling subur utk kuman patogenik, yg dpt menyebabkan osteomielitis pada kedua ujung fraktur
Interposisi
Adanya otot atau tendo diantara kedua fragmen tulang, akan menghalangi perkembangan kalus
Traksi yang berlebihan atau tonus/tarikan otot spt fr. patella
Gangguan perdarahan setempat
Adanya aliran darah yang memadai mrp syarat mutlak penyatuan fraktur

Penatalaksanaan Fraktur

Pertolongan Pertama
Bertujuan : mengurangi atau menghilangkan nyeri dan mencegah gerakan fragmen-fragmen yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan sekitarnya
Pembidaian (splint) cukup memadai untuk pertolongan pertama, atau sling untuk anggota gerak atas cukup memadai
Pada fraktur terbuka, tutup dengan material bersih dan steril sebagai pertolongan pertama

Penanganan shock
Setiap fraktur tulang besar dapat menimbulkan perdarahan 1-1,5 lt
Fraktur multipel, perdarahan akan lebih banyak shg dapat menimbulkan shock dan diperberat dgn nyeri yang dapat menimbulkan shock neurogenik
Pengiriman pasien ke Radiologi harus dengan infus, krn dapat menimbulkan shock

Penilaian awal
Pemeriksaan yang teliti pada daerah fraktur dan organ lain dan komplikasi akibat fraktur itu sendiri

Tujuan Pengobatan Fraktur
Reposisi, betujuan mengembalikan fragmen2 ke posisi anatomi
Imobilisasi atau fiksasi, bertujuan mempertahankan posisi fragmen2 tulang setelah di reposisi sampai terjadi union
Penyambungan fraktur (union)
Mengembalikan fungsi (rehabilitasi)

Reposisi

  • Dilakukan dgn anestesi lokal atau umum, anestesi umum lebih baik krn otot-otot menjadi relaksasi
  • Reposisi ada 2 macam
  • Reposisi tertutup
  • Manipulasi (sangkal putung)
  • Traksi
  • Kulit
  • Skeletal
  • Reposisi terbuka, dengan operasi
  • Yang perlu diperhatikan pada reposisi tertutup, adalah pulsasi arteri distal fraktur. Jika setelah dilakukan reposisi, pulsasi arteri distal fraktur menghilang, kembalikan posisi tulang hingga teraba kembali pulsasi arteri distal

Fiksasi

Fiksasi ada 2 macam
Fiksasi eksternal
Gip (plester cast)
Traksi
Kulit
Skeletal
Fiksasi internal dengan operasi (ORIF/Open Reduction Internal Fixation), mis : plate, screwing,wiring, dll
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemasangan gip :
Gip harus diatas padding
Setelah pemasangan gip harus dilakukan pemeriksaan sinar-X
Penjelasan akan keluhan nyeri akibat penekanan gip
Penjelasan akan risiko stiffness (kekakuan sendi) pada sendi-sendi dekat fraktur


Traksi
Cara kerja traksi : penarikan otot2 atau jar. lunak di sekitar fraktur shg fragmen2 fraktur kembali ke tempat semula
Traksi ada 2 macam
Traksi kulit
Menggunakan skin traction kit
Beban tidak boleh lebih dari 5 kg, jika terlalu berat kulit dapat terlepas dari perlekatannya
Traksi skeletal, melalui tulang
Menggunakan pin, screw atau wire
Risiko infeksi
Traksi dipasang pada bagian distal fraktur
Indikasi traksi :
Pemendekan (shortening), akibat tarikan otot atau angulasi pada fraktur
Fraktur unstable, mis : Fr. Obliq atau spiral
Kerusakan hebat pada kulit atau jaringan disekitar fraktur



Komplikasi Fraktur
Trauma saraf
Trauma saraf perifer dpt menimbulkan kontusi, tegangan atau terputus
Neuropraxia : trauma kecil yang menimbulkan blok fisiologis dan terjadi pemulihan dalam beberapa minggu

Axonotmesis : kerusakan axon dan terjadi degenerasi perifer, pemulihan dapat terjadi berbulan-bulan

Neurotmesis : terputusnya seluruh saraf, perlu repair
Fisioterapi dianjurkan untuk mencegah kekakuan sendi dan atropi otot
Trauma pembuluh darah
Berkurangnya aliran darah ke ekstremitas dapat disebabkan karena ketegangan (tension), edema, atau perdarahan
Anggota gerak atas memiliki sirkulasi kolateral yang baik, namun dapat terjadi pengurangan aliran akibat tekanan intrakompartemen yang tinggi

Indikasi Iskhemia setelah trauma : 5P
  1. Nyeri hebat sekali (Pain)
  2. Nadi hilang (Pulseless)
  3. Paraesthesia (kesemutan)
  4. Pucat krn aliran darah berkurang atau tidak ada (Pale)
  5. Jari-jari tidak bisa melakukan ekstensi (Paralise)
Terapi Iskhemia post trauma mrp Emergency:
  1. Bila fraktur belum di reposisi segera reposisi
  2. Bila fraktur telah di reposisi, semua yang diperkirakan penyebab spt gip harus dilepas, siku fleksi dilakukan ekstensi shg relaksasi
  3. Bila tindakan diatas tidak menolong, lakukan operasi eksplorasi segera

Fraktur



Definisi :

Terputusnya hubungan struktur tulang, dapat komplet atau in komplet.
Menurut Penyebab Terjadinya Fraktur :

A. Fraktur Traumatik. Penyebabnya : trauma, dapat langsung (direk) atau tidak langsung (indirek).

B. Fraktur Fatik atau Stress Trauma yang berulang dan kronis pada tulang sehingga tulang tersebut lemah. Contoh fraktur fibula pada olahragawan

C. Fraktur Patologis Pada tulang terjadi proses patologis yang mengakibatkan tulang rapuh dan lemah, biasanya fraktur terjadi spontan
Penyebab fraktur : hiperparatiroid, tumor tulang

Menurut hubungan dengan jaringan ikat sekitarnya
Fraktur simpel disebut juga fraktur tertutup
Kulit disekeliling fraktur sehat dan tidak robek
Fraktur terbuka
Kulit disekitar fraktur robek, sehingga fragmen tulang berhubungan dengan dunia luar (bone expose)

Berpotensi terjadi infeksi
Fraktur komplikasi
Fraktur tersebut berkaitan dengan kerusakan jaringan atau struktur lain : saraf, pembuluh darah, sendi, viscera
Menurut Bentuk fraktur
Fraktur komplit

Garis fraktur membagi tulang menjadi 2 fragmen
Garis fraktur dapat transversal, obliq atau spiral
Garis fraktur dapat mengetahui arah trauma dan menentukan fraktur stabil atau tidak stabil (unstable)

Fraktur Inkomplit
Greenstick fraktur : tulang panjang pada anak elastis shg jika terkena trauma terjadi pembengkokan
Fraktur Kominutif
Fraktur yang menimbulkan lebih dari dua fragmen fraktur
Fraktur Kompresi
Fraktur yang terjadi pada tulang kanselus

Diagnosis Fraktur

Senin, 17 Mei 2010

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS)







TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

( TAKS )

A. Pengertian

Terapi aktivitas kelompok (TAK) sosialisasi ( TAKS ) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.

B. Tujuan

1. Umum

Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.

2. Tujuan Khusus

1) Klien mampu memperkenalkan diri

2) Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok

3) Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok

4) Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan

5) Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain

6) Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok

7) Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan

C. Aktivitas dan Indikasi

Aktivitas TAKS dilakukan 7 sesi yang melatih kemampuan sosialisasi klien

Klien yang mempunyai indikasi TAKS adalah klien gangguan hubungan sosial :

1. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal.

2. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan stimulus

SESSI 1 TAKS

A. Tujuan

Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi

B. Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

2. Ruangan nyaman dan tenang

C. Alat

1. Tape recorder

2. Kaset “Marilah kemari “ ( Titik Puspa )

3. Bola tenis

4. Buku catatan dan pulpen

5. Jadual kegiatan klien

D. Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran / simulasi

E. Langkah-langkah kegiatan

1. Persiapan.

a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu Isolasi sosial : Menarik diri

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

Pada tahap ini terapis melakukan

a. Memberi Salam terapeutik : Salam dari terapis

b. Evaluasi / Validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini

c. Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri

2. Menjelaskan aturan main berikut :

o Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis.

o Lama kegiatan 45 menit.

o Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Jelaskan kegiatan yaitu kaset pada tape recorder akan di hidupkan serta bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kearah kiri) dan pada saat tape dimatikan maka anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan dirinya.

b. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam.

c. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk menyebutkan : salam, nama lengkap, nama panggilan, hobi dan asal. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.

d. Tulis nama panggilan pada kertas / name tag dan tempel / dipakai.

e. Ulangi b, c, dan d sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.

f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.

  1. Tahap terminasi.

a. Evaluasi.

1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

b. Rencana tindak lanjut

1. Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri kepada orang lain di kehidupan sehari-hari

2. Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadual kegiatan harian klien.

c. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok

2. Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS Sesi 1, dievaluasi kemapuan klien memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut

SESI 1 – TAKS

KEMANPUAN MEMPERKANALKAN DIRI

A. Kemampuan Verbal

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien

















1

Menyebutkan nama lengkap

















2

Menyebutkan nama panggilan

















3

Menyebutkan asal

















4

Menyebutkan hobi

















JUMLAH

















B. Kemampuan non verbal

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien

















1

Kontak mata

















2

Duduk tegak

















3

Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai

















4

Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

















JUMLAH

















Petunjuk :

1. Di bawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS.

2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda P jika ditemukan pada klien atau tanda X jika tidak ditemukan.

3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu, dan jika nilai 0, 1, atau 2 klien belum mampu.

SESI 2 : TAKS

A. Tujuan

Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok

a. Memperkenalkan diri sendiri : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi

b. Menanyakan diri anggota kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi

B. Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang

C. Alat

1. Tape recorder

2. Kaset “Marilah kemari “ ( Titik Puspa )

3. Bola tenis

4. Buku catatan dan pulpen

5. Jadual kegiatan klien

D. Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran / simulasi

E. Langkah-langkah kegiatan

1. Persiapan.

a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada Sess 1 TAKS

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Memberi salam terapeutik

1. Salam dari terapis.

2. Peserta dan terapis memakai papan nama.

b. Evaluasi / Validasi

1. Menanyakan perasaan klien saat ini

2. Menanyakan apakah telah mencoba memperkenalkan diri pada orang lain

c. Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok

2. Menjelaskan aturan main berikut :

o Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis.

o Lama kegiatan 45 menit.

o Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

b. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam.

c. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang ada di sebelah kanan dengan cara :

1. Memberi salam

2. Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan asal, dan hobi.

3. Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.

4. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.

d. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.

e. Hidupkan kembali kaset pada tape recorder dan edarkan bola. Pada saat tape dimatikan, minta pada anggota kelompok yang memegang bola untuk memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah kanannya kepada kelompok yaitu nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.

f. Ulangi d sampai semua anggota mendapat giliran.

g. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.

4. Tahap terminasi.

a. Evaluasi.

1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

b. Rencana tindak lanjut

1. Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih berkenalan dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari

2. Memasukkan kegiatan berkenalan pada jadual kegiatan harian klien

c. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati kegiatan berikut yaitu bercakap-cakap dengan orang lain dalam kelompok.

2. Menyepakati tempat dan waktu

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan ketika proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS Sesi 2, dievaluasi kemampuan klien dalam berkenalan secara verbal dan nonverbal dengan menggunakan evaluasi berikut

SESSI 2 – TAKS

KEMANPUAN BERKENALAN

A. Kemampuan Verbal

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien

















1

Menyebutkan nama lengkap

















2

Menyebutkan nama panggilan

















3

Menyebutkan asal

















4

Menyebutkan hobi

















5

Menanyakan nama lengkap

















6

Menanyakan nama panggilan

















7

Menanyakan asal

















8

Menanyakan hobi

















JUMLAH

















B. Kemampuan non verbal

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien

















1

Kontak mata

















2

Duduk tegak

















3

Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai

















4

Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

















JUMLAH

















Petunjuk :

1. Di bawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS.

2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda P jika ditemukan pada klien atau tanda X jika tidak ditemukan.

3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan,

Kemampuan verbal, disebut mampu jika mendapat nilai ≥ 6 ; disebut belum mampu jika mendapat nilai ≤ 5.

SESI 3 : TAKS

A. Tujuan

Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok

1. Menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok

2. Manjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi

B. Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

2. Ruangan nyaman dan tenang

C. Alat

1. Tape recorder

2. Kaset “Marilah kemari “ ( Titik Puspa )

3. Bola tenis

4. Buku catatan dan pulpen

5. Jadual kegiatan klien

D. Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi tanya jawab

3. Bermain peran / simulasi

E. Langkah-langkah kegiatan

1. Persiapan.

A. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada Sessi 2 TAKS

B. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

Pada tahap ini terapis melakukan :

1. Memberi salam terapeutik

2. Peserta dan terapis memakai papan nama

b. Evaluasi / Validasi

1. Menanyakan perasaan klien saat ini

2. Menanyakan apakah telah mencoba berkenalan dengan orang lain

c. Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bertanya dan menjawab tentang kehidupsn pribadi

2. Menjelaskan aturan main yaitu :

o Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis.

o Lama kegiatan 45 menit.

o Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam.

b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang ada di sebelah kanan dengan cara :

1. Memberi salam

2. Memanggil nama panggilan.

3. Menanyakan kehidupan pribadi : orang terdekat / dipercaya / disenangi, pekerjaan.

4. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.

c. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.

d. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.

4. Tahap terminasi.

a. Evaluasi.

1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

b. Rencana tindak lanjut

1. Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang kehidupan pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari

2. Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadual kegiatan harian klien.

c. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati kegiatan berikut yaitu menyampaikan dan membicarakan topik pembicaran tertentu

2. Menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan ketika proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS Sesi 3, dievaluasi kemampuan verbal dalam bertanya dan menjawab pada saat becakap-cakap serta kemampuan nonverbal dengan menggunakan evaluasi berikut

SESI 3 – TAKS

KEMANPUAN BERCAKAP-CAKAP

A. Kemampuan Verbal : Bertanya

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien





















1

Mengajukan pertanyaan yang jelas





















2

Mengajukan pertanyaan yang ringkas





















3

Mengajukan pertanyaan yang relevan





















4

Mengajukan pertanyaan secara spontan





















JUMLAH





















B. Kemampuan Verbal : Menjawab

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien





















1

Menjawab dengan jelas





















2

Menjawab dengan ringkas





















3

Menjawab dengan relevan





















4

Menjawab dengan spontan





















JUMLAH





















C. Kemampuan non verbal

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien





















1

Kontak mata





















2

Duduk tegak





















3

Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai





















4

Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir





















JUMLAH





















Petunjuk :

1. Di bawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien.

2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda P jika ditemukan pada klien atau tanda X jika tidak ditemukan.

3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3atau 4, klien mampu ; jika nilai ≤ 2 klien dianggap belum mampu.



SESSI 4 : TAKS

A. Tujuan

Klien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok

1. Menyampaikan topik yang ingin dibicarakan.

2. Memilih topik yang ingin dibicarakan

3. Memberi pendapat tentang topik yang dipilih

B. Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang

C. Alat

1. Tape recorder

2. Kaset “Marilah kemari “ ( Titik Puspa )

3. Bola tenis

4. Buku catatan dan pulpen

5. Jadual kegiatan klien

6. Flipehart / whitwboard dan spidol

D. Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi tanya jawab

3. Bermain peran / simulasi

E. Langkah-langkah kegiatan

1. Persiapan.

C. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada Sessi 3 TAKS

D. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

Pada tahap ini terapis melakukan

    1. Memberikan salam terapeutik
    2. Peserta dan terapis memakai papan nama

b. Evaluasi / Validasi

1. Menanyakan perasaan klien saat ini

2. Menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap dengan orang lain

c. Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih, dan memberi pendapat tentang topik percakapan.

2. Menjelaskan aturan main berikut :

o Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus minta ijin kepada terapis.

o Lama kegiatan 45 menit.

o Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam.

b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk menyampaikan satu topik yang ingin dibicarakan. Dimulai oleh terapis sebagai contoh. Misalnya : “Cara bicara yang baik” atau “Cara mencari teman”.

c. Tulis pada flipehart / whoteboard topik yang disampaikan secara berurutan.

d. Ulangi a, b dan c sampai semua anggota kelompok menyampaikan topik yang akan dibicarakan.

e. Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan, anggota yang memegang bola memilih topik yang disukai untuk dibicarakan dari daftar yang ada.

f. Ulangi e sampai semua anggota kelompok memilih topik.

g. Terapis membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih.

h. Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan, anggota yang memegang menyampaikan pendapat tentang topik yang pilih.

i. Ulangi h sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat.

j. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.

4. Tahap terminasi.

a. Evaluasi.

1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Rencana tindak lanjut

1. Menganjurkan setiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang topik tertentu dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari

2. Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadual kegiatan harian klien.

c. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi.

2. menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan ketika proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS Sesi 4, dievaluasi kemampuan verbal menyampaikan, memilih, dan memberi pendapat tentang topik percakapan serta kemampuan nonverbal dengan menggunakan evaluasi berikut.

SESI 4 – TAKS

KEMANPUAN BERCAKAP - CAKAP TOPIK TERTENTU

A. Kemampuan Verbal : Menyampaikan topik

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien





















1

Menyampaikan topik dengan jelas





















2

Menyampaikan topik secara ringkas





















3

Menyampaikan topik yang relevan





















4

Menyampaikan topik secara spontan





















JUMLAH





















B. Kemampuan verbal : Memilih topik

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien





















1

Memilih topik dengan jelas





















2

Memilih topik secara ringkas





















3

Memilih topik yang relevan





















4

Memilih topik secara spontan





















JUMLAH





















C. Kemampuan Verbal : Memberi Pendapat

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien





















1

Memberi pendapat dengan jelas





















2

Memberi pendapat secara singkat





















3

Memberi pendapat yang relevan





















4

Memberi pendapat secara spontan





















JUMLAH





















D. Kemampuan Non Verbal

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien





















1

Kontak mata





















2

Duduk tegak





















3

Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai





















4

Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir





















JUMLAH





















Petunjuk :

1. Di bawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien.

2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda P jika ditemukan pada klien atau tanda X jika tidak ditemukan.

3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 atau 4, klien mampu ; jika nilai ≤ 2 klien dianggap belum mampu

SESI 5 : TAKS

A. Tujuan

Klien mampu menyampikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain. sosialisasi kelompok.

a. Menyampaikan masalah pribadi

b. Memilih satu masalah untuk dibicarakan.

c. Memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih.

B. Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang

C. Alat

1. Tape recorder

2. Kaset “Marilah kemari “ ( Titiek Puspa )

3. Bola tenis

4. Buku catatan dan pulpen

5. Jadual kegiatan klien

6. Flipchart / whiteboart dan spidol

D. Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain kartu dalam kelompok

E. Langkah-langkah kegiatan

1. Persiapan.

a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada Sessi 4 TAKS

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Memberi salam terapeutik

a. Salam dari terapis

b. Klien dan terapis memakai papan nama

b. Evaluasi / Validasi

1. Menanyakan perasaan klien saat ini

2. Menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap tentang topik / hal tertentu dengan orang lain

c. Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih, dan memberi pendapat tentang masalah pribadi

2. Menjelaskan aturan main berikut :

o Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta ijin kepada terapis.

o Lama kegiatan 45 menit.

o Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam.

b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk menyampaikan satu masalah pribadi yang ingin dibicarakan. Dimulai oleh terapis sebagai contoh. Misalnya : “sulit bercerita” atau “tidak diperhatikan ayah / ibu / kakak / teman”.

c. Tuliskan pada flipchart / whiteboard masalah yang disampaikan.

d. Ulangi a, b dan c sampai semua anggota kelompok menyampaikan masalah yang ingin dibicarakan.

e. Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan, anggota yang memegang bola memilih masalah yang ingin dibicarakan.

f. Ulangi e sampai semua anggota kelompok memilih masalah yang ingin dibicarakan.

g. Terapis membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih.

h. Hidupkan lagi kaset dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan, anggota yang memegang menyampaikan pendapat tentang masalah yang pilih.

i. Ulangi h sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat.

j. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi.

1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

b. Rencana tindak lanjut

1. Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang masalah pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari.

2. Memasukkan kegiatan bercakap-cakap tentang masalah pribadi pada jadwal kegiatan harian klien

c. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati kegiatan berikutnya yaitu kerja sama dalam kelompok..

2. Menyepakati tempat dan waktu

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan menggunakan formulir dibawah ini pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS Sesi 5, dievaluasi kemampuan verbal menyampaikan, memilih, dan memberi pendapat tentang percakapan mengenai masalah pribadi, serta kemampuan nonverbal.

SESI 5 – TAKS

KEMANPUAN BERCAKAP - CAKAP MASALAH PRIBADI

A. Kemampuan Verbal : Menyampaikan topik

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien





















1

Menyampaikan topik dengan jelas





















2

Menyampaikan topik secara ringkas





















3

Menyampaikan topik yang relevan





















4

Menyampaikan topik secara spontan





















JUMLAH





















B. Kemampuan verbal : Memilih topik

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien





















1

Memilih topik dengan jelas





















2

Memilih topik secara ringkas





















3

Memilih topik yang relevan





















4

Memilih topik secara spontan





















JUMLAH





















C. Kemampuan Verbal : Memberi Pendapat tentang masalah

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien





















1

Memberi pendapat dengan jelas





















2

Memberi pendapat secara singkat





















3

Memberi pendapat yang relevan





















4

Memberi pendapat secara spontan





















JUMLAH





















D. Kemampuan Non Verbal

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien





















1

Kontak mata





















2

Duduk tegak





















3

Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai





















4

Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir





















JUMLAH





















Petunjuk :

1. Di bawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS.

2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda P jika ditemukan pada klien atau tanda X jika tidak ditemukan.

3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 atau 4, klien mampu ; jika nilai ≤ 2 klien dianggap belum mampu



SESI 6 : TAKS

A. Tujuan

Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok.

1. Bertanya dan meminta sesuai kebutuhan pada orang lain.

2. Menjawab dan memberi pada orang lain sesuai dengan permintaan.

B. Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

2. Ruangan nyaman dan tenang.

C. Alat

1. Tape recorder

2. Kaset “Marilah kemari “ ( Titiek Puspa )

3. Bola tenis

4. Buku catatan dan pulpen

5. Jadual kegiatan klien

6. Kartu kwartet

D. Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain kartu dalam kelompok

E. Langkah-langkah kegiatan

1. Persiapan.

a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada Sessi 5 TAKS

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1. Salam dari terapis

2. Klien dan terapis memakai papan nama

b. Evaluasi / Validasi

1. Menanyakan perasaan klien saat ini

2. Menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap tentang masalah pribadi dengan orang lain

c. Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan bertanya dan meminta kartru yang diperlukan serta menjawab dan memberi kartu pada anggota kelompok.

2. Menjelaskan aturan main berikut :

o Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta ijin kepada terapis.

o Lama kegiatan 45 menit.

o Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Terapis membagi 4 (empat) buah kartu kwartet untuk setiap anggota kelompok. Sisanya diletakkan di atas meja.

b. Terapis meminta tiap anggota kelompok menyusun kartu sesuai dengan seri (satu seri mempunyai 4 kartu)

c. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam.

d. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola memulai permainan berikut :

1. Meminta kartu yang dibutuhkan (seri yang belum lengkap) kepada anggota kelompok di sebelah kanannya.

2. Jika kartu yang dipegang serinya lengkap, maka diumumkan pada kelompok dengan membaca judul dan sub judul.

3. Jika kartu yang dipegang serinya tak lengkap, maka diperkenankan mengambil satu kartu dari tumpukan kartu di atas meja.

4. Jika anggota kelompok memberikan kartu yang dipegang pada yang meminta maka ia berhak mengambil satu kartu dari tumpukan kartu di atas meja.

5. Setiap menerima kartu, diminta mengucapkan terima kasih.

e. Ulangi c, dan d jika d.2 atau d.3 terjadi.

f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.

4. Tahap terminasi.

a. Evaluasi.

1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

b. Rencana tindak lanjut

1. Menganjurkan tiap anggota kelompok latihan bertanya, meminta, menjawab dan memberi pada kehidupan sehari-hari (kerja sama).

2. Memasukkan kegiatan bekerja sama pada jadwal kegiatan harian klien.

c. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati kegiatan berikutnya yaitu mengevaluasi kegiatan TAKS.

2. Menyepakati tempat dan waktu

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan menggunakan formulir dibawah ini pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS Sesi 6, dievaluasi kemampuan verbal dalam bertanya, meminta, menjawab, dan memberi serta kemampuan nonverbal.

SESI 6 – TAKS

KEMAMPUAN BEKERJASAMA

A. Kemampuan Verbal :Bertanya dan meminta

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien





















1

Bertanya dan meminta dengan jelas





















2

Bertanya dan meminta dengan ringkas





















3

Bertanya dan meminta secara relevan





















4

Bertanya dan meminta secara spontan





















JUMLAH





















B. Kemampuan Verbal : Menjawab dan memberi

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien





















1

Menjawab dan memberi dengan jelas





















2

Menjawab dan memberi dengan ringkas





















3

Menjawab dan memberi secara relevan





















4

Menjawab dan memberi secara spontan





















JUMLAH





















C. Kemampuan Non Verbal

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien





















1

Kontak mata





















2

Duduk tegak





















3

Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai





















4

Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir





















JUMLAH





















Petunjuk :

1. Di bawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS.

2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda P jika ditemukan pada klien atau tanda X jika tidak ditemukan.

3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 atau 4, klien mampu ; jika nilai ≤ 2 klien dianggap belum mampu



SESI 7 : TAKS

A. Tujuan

Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah dilakukan.

B. Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang

C. Alat

1. Tape recorder

2. Kaset “Marilah kemari “ ( Titiek Puspa )

3. Bola tenis

4. Buku catatan dan pulpen

5. Jadual kegiatan klien

D. Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

E. Langkah-langkah kegiatan

1. Persiapan.

a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada Sessi 6 TAKS

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1. Salam dari terapis

2. Klien dan terapis memakai papan nama

b. Evaluasi / Validasi

1. Menanyakan perasaan klien saat ini

2. Menanyakan apakah telah melakukan bekerja sama dengan orang lain

c. Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan manfaat eman kali pertemuan TAKS.

2. Menjelaskan aturan main berikut :

o Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta ijin kepada terapis.

o Lama kegiatan 45 menit.

o Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam.

b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat kesempatan menyampaikan pendapat tentang manfaat dari 6 (enam) kali pertemuan yang telah berlalu.

c. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok menyampikan pendapat.

d. Berikan pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.

3. Tahap terminasi.

a. Evaluasi.

1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

3. Menyimpulkan 6 kemampuan pada 6 kali pertemuan yang lalu

b. Rencana tindak lanjut

1. Menganjurkan tiap anggota kelompok tetap melatih diri untuk enam kemampuan yang telah dimiliki, baik di RS maupun di rumah.

2. Melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga untuk meberi dukungan pada klien dalam menjalankan kegiatan hidup sehari-hari.

c. Kontrak yang akan datang

Menyepakati rencana evaluasi kemampuan secara periodik

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan menggunakan formulir dibawah ini pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS Sesi 7, dievaluasi kemampuan klien menyampikan manfaat TAKS yang telah berlangsung 6 sesi secara verbal dan disertai kemampuan nonverbal

SESI 7 – TAKS

EVALUASI KEMAMPUAN SOSIALISASI

A. Kemampuan Verbal :Menyebutkan manfaat enam kali TAKS

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien





















1

Menyebutkan manfaat secara jelas





















2

Menyebutkan manfaat secara ringkas





















3

Menyebutkan manfaat yang relevan





















4

Menyebutkan manfaat secara spontan





















JUMLAH





















B. Kemampuan Non Verbal

No

ASPEK YANG DINILAI

Nama Klien





















1

Kontak mata





















2

Duduk tegak





















3

Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai





















4

Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir





















JUMLAH





















Petunjuk :

1. Di bawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS.

2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda P jika ditemukan pada klien atau tanda X jika tidak ditemukan.

3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 atau 4, klien mampu ; jika nilai ≤ 2 klien dianggap belum mampu