Jumat, 04 Juni 2010

RESPONS EMOSIONAL



Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa
Fakultas Ilmu Keperawatan-Universitas Indonesia

ALAM PERASAAN
Suatu keadaan emosional yang berkepanjangan dan yang mempengaruhi seluruh kepribadian serta fungsi kehidupan

Gangguan alam perasaan
Merupakan suatu kelompok gangguan emosi yang disertai gejala mania dan depresi

Rentang Respons Emosional
Responsif terbuka dan sadar akan perasaan Reaksi kehilangan yang wajar menghadapi realita, mengalami proses kehilangan. tidak berlangsung lama Supresi menyangkal, menekan, menginternalisasi semua aspek perasaan terhadap lingkungan Reaksi kehilangan yang memanjang penyangkalan yang menetap dan memanjang, terjadi beberapa tahun

Mania/Depresi respon emosional yang berat, terlihat dari intensitas dan pengaruhnya pada fisik dan fungsi sosial

Depresi
Respons emosi yang maladaptif
Ditandai :
Perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan

MANIA
Respons emosi yang maladaptif
Di tandai :
peningkatan, perluasan alam perasaan atau keadaan alam perasaan yang mudah tersinggung dan terangsang

Asuhan Keperawatan Klien dengan Mania dan Depresi


Pengkajian
- Identifikasi faktor predisposisi, presipitasi, perubahan perilaku serta mekanisme koping yang digunakan klien

Faktor Predisposisi
Genetik

  1. Teori Agresi berbalik pada diri sendiri
  2. Teori kepribadian
  3. Teori kognitif
  4. Model belajar ketidakberdayaan
  5. Model perilaku
  6. Model biologis
Faktor Presipitasi
Faktor Biologis
Disebabkan obat-obat/berbagai penyakit fisik

● Faktor Psikologis
Kehilangan kasih sayang
Kehilangan cinta, seseorang dan harga diri

● Faktor Sosial Budaya
- Kehilangan peran, perceraian, kehilangan
pekerjaan

PERILAKU DAN MEKANISME KOPING
Perilaku mania:
perbedaan intensitas psikofisiologikal yang tinggi
Mekanisme koping yang digunakan : denial dan supresi untuk menghindari tekanan

Perilaku Depresi:
kelambatan dan kesedihan yang menonjol dan dapat terjadi agitasi
Mekanisme koping yang digunakan : represi, supresi, denial, disosiasi
Perilaku yang Berhubungan dengan Mania

Afektif
Gembira yang berlebihan (Euphoria), harga diri
Meningkat, tidak tahan kritik

Kognitif
Ambisi, mudah terpengaruh, mudah beralih
perhatian, waham kebesaran, ilusi, flight of ideas,
gangguan penilaian

Perilaku yang Berhubungan dengan Mania
Fisik
Dehidrasi, nutrisi yang tidak adekuat,
berkurangnya kebutuhan tidur/istirahat, berat
badan menurun

Tingkah laku Agresif, hiperaktif, aktifitas motorik meningkat,
kurang bertanggung jawab, royal, iritable atau
suka berdebat, perawatan diri kurang, tingkah
laku seksual yang berlebihan, bicara bertele-tele

Afektif
Sedih, cemas, apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah,
perasaan ditolak, perasaan bersalah, merasa tak berdaya,
putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak
berharga

Kognitif
Ambivalensi, bingung, ragu-ragu, tidak mampu konsentrasi,
hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, pikiran
merusak diri, rasa tidak menentu, pesimis

Fisik
Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan, konstipasi, Lemah, lesu, nyeri kepala, pusing, insomnia, nyeri dada, perubahan berat badan, gangguan selera makan, impoten, tidak berespons terhadap seksual

Perilaku yang Berhubungan dengan Depresi
Tingkah laku Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan
tingkat aktivitas, kemunduran psikomotor,
menarik diri, isolasi sosial, iritable (mudah
marah, menangis, tersinggung, berkesan
menyedihkan, kurang spontan, gangguan
kebersihan

Masalah Keperawatan
Berduka disfungsional
Ketidakberdayaan
Risiko cedera
Gangguan pola tidur
Perubahan nutrisi
Defisit perawatan diri
Ansietas

Perencanaan
Tujuan Keperawatan
Tujuan Umum :
Mengajarkan klien untuk berespon emosional yang adaptif dan meningkatkan rasa puas serta senang yang dapat diterima lingkungan

Tindakan Keperawatan
Lingkungan
Hubungan perawat klien
Afektif
Kognitif
Perilaku
Sosial
Fisiologis

Afektif
Kesadaran dan kontrol diri perawat merupakan SYARAT UTAMA
Yakin klien akan lebih baik
Sikap perawat menerima klien: hangat, sederhana, AKAN mengekspresikan pengharapan pada klien

Intervensi afektif: menerima dan menenangkan klien, BUKAN menggembirakan/mengatakan klien tidak perlu khawatir
Dorong klien ekspresikan pengalaman yang menyakitkan & menyedihkan secara verbal (untuk kurangi intensitas masalah yang dihadapi)

Hubungan perawat klien
Hubungan saling percaya terapeutik dibina dan ditingkatkan
Bekerja dengan klien depresi perawat harus: hangat, menerima, diam aktif, jujur, empati, bicara lambat, sederhana, beri waktu pada klien untuk berpikir dan menjawab
Membuat batasan konstruktif (untuk kontrol perilaku klien): kontrol dari lingkungan (perawat, dokter, klien) yg konsisten akan mempercepat kesadara klien untuk kontrol perilakunya.

Kognitif
Meningkatkan kontrol diri klien terhadap tujuan dan perilaku, meningkatkan harga diri dan membantu klien memodifikasi harapan yang negatif

Cara mengubah pikiran negatif:
● Identifikasi ide, pikiran yang negatif
●Identifikasi aspek positif klien (kemampuan, keberhasilan)
● Dorong klien nilai kembali persepsi, logika, rasional
● Bantu mengubah persepsi yang salah/negatif ke positif, tidak realistis menjadi realitis
● Sertakan klien pada aktifitas-aktivitas. Beri pujian dan penguatan atas keberhasilan yang dicapai.

Perilaku Tujuan :
Mengaktifkan klien pada tujuan realistik (memberi
tanggung jawab secara bertahap dalam kegiatan
di ruangan).

Klien depresi berat disertai penurunan motivasi
perlu dibuat kegiatan yang terstruktur.
Beri penguatan pd kegiatan yang berhasil.

Sosial
Tujuan
Meningkatkan hubungan sosial, dengan cara:
Kaji kemampuan, dukungan dan minat klien
Observasi dan kaji sumber dukungan
Bimbing melakukan hubungan interpersonal, role model, role play
Beri umpan balik dan penguatan hubungan interpersonal yang positif
Dorong untuk mulai hubungan sosial yang lebih luas

Lingkungan
Mencegah terjadinya kecelakaan.
Klien dengan daya nilai rendah, hiperaktif, tindakan resiko tinggi, ditempatkan di lingkungan yang aman (lantai dasar, perabotan dasar, kurangi rangsang dan suasana yang tenang).
Mencegah tendensi bunuh diri (akibat tidak berdaya, tidak berharga, keputus asaan)

Kewaspadaan Perawat
Berikan prioritas yang paling utama pada potensi bunuh diri
Bunuh diri terjadi saat klien keluar dari fase depresi, klien punya energi dan kesempatan bunuh diri
Klien mania akut juga dapat mengancam kehidupannya.

TINDAKAN KEPERAWATAN
Observasi dan monitor
Terapi keperawatan
Pendidikan kesehatan
Tindakan kolaborasi

Kamis, 03 Juni 2010

WAHAM



Definisi Waham

  • Kepercayaan yang salah terhadap obyek dan tidak konsisten dengan latar belakang intelektual dan budaya (Rawlin, 1993)
  • Suatu sistem kepercayaan yang tidak dapat divalidasi/dipertemukan dengan realitas (Haber, 1982)
  • Keyakinan yang salah yang tidak dapat diubah dengan alasan logis/kejadian nyata (Cook dan Fontaine, 1987)

Jenis-jenis waham
Waham Agama
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan, diungkapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan

Waham Kebesaran
Klien yakin bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.

Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.

Waham Sisip Pikir
Klien yakin bahwa ada ide pikiran orang lain yang disisipkan kedalam pikirannya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.

Waham Siar Pikir
Klien yakin orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun tidak dinyatakannya kepada orang tersebut, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.

Waham Kontrol Pikir
Klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.

Proses Terjadinya Waham

  1. Perasaan diancam oleh lingkungan, cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi
  2. Mencoba mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalahartikan kesan terhadap kejadian
  3. Individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan negatif/tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal
  4. Individu mencoba memberi pembenaran/rasional/alasan interpretasi personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain

Prinsip Tindakan Keperawatan Pada Waham
  • Tetapkan hubungan saling percaya
  • Identifikasi isi dan jenis waham
  • Kaji intensitas, frekuensi, dan lamanya waham
  • Identifikasi stresor waham
  • Identifikasi stresor terbesar yang dialami baru-baru ini
  • Hubungkan onset waham dan onset stres

Jika klien bertanya apakah anda percaya waham tersebut, katakan bahwa itu merupakan pengalaman klien.
Contoh:
  • Saya mengerti anda merasa sebagai…, tapi sukar bagi saya untuk mempercayainya karena….
  • Penuhi kebutuhan yang dipenuhi oleh waham
  • Identifikasi kebutuhan emosional yang dipenuhi oleh waham
  • Sekali waham dimengerti, hindari dan jangan mendukung pembicaraan berulang tentang waham

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PERUBAHAN PROSES PIKIR WAHAM
  • Bina hubungan saling percaya
  • Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
  • Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang tidak dipenuhi
  • Bantu klien berhubungan dengan realita
  • Libatkan keluarga
  • Ajar klien memanfaatkan obat dengan benar

GANGGUAN ORIENTASI REALITAS/RESPONS NEUROBIOLOGIK


DEFINISI □ Ketidakmampuan klien menilai dan berespon terhadap realitas
□ Ketidakmampuan membedakan rangsangan internal dan eksternal
□ Ketidakmampuan membedakan lamunan dan kenyataan

muncul perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan

PENYEBAB Gangguan fungsi otak:
▪ Fungsi kognitif/proses pikir
▪ Fungsi persepsi
▪ Fungsi emosi
▪Fungsi motorik
▪ Fungsi sosial


Muncul respons neurologik yang maladaptif

PROSES INFORMASI Masuk informasi Proses di otak Respons Perilaku
Respon Adaptur Respons Maladaptif
Pikiran logis - Kadang-kadang proses pikir terganggu - Gangguan proses pikir/waham
Persepsi akurat - Ilusi - Halusinasi
Emosi konsisten dengan – Emosi berlebihan/kurang - Tidak mampu pengalaman mengalami emosi
Perilaku cocok - Perilaku yang tidak biasa - Perilaku tidak terorganisisir
Hubungan sosial positif - Menarik diri - Isolasi sosial

Rentang Respons Neurobiologi (dikutip dari Stuart dan Laraia, 2005)



RENTANG RESPONS
□ Proses informasi merupakan proses masuknya informasi yang akurat, penyimpanan informasi dan pemakaian kembali informasi tersebut

Penyebab gangguan proses informasi Jumlah dan akurasi informasi
Disfungsi anatomi dan neurofisiologi otak
Reseptor penerima stimulus
Talamus
Lobus frontal
Ganglia basal
Ketidakseimbangan neurotransmiter dan neuromodulator
Pengalaman belajar yang lalu (termasuk pengalaman emosional)

PENGKAJIAN □ Faktor predisposisi
□ Faktor Presipitasi
□ Sumber koping
□Respons koping

  • Fungsi kognitif/proses pikir
  • Fungsi persepsi
  • Fungsi emosi
  • Fungsi motorik
  • Fungsi sosial
FAKTOR PREDISPOSISI
Biologis Gangguan perkembangan otak frontal dan temporal
  • Lesi pada korteks frontal, temporal, dan limbik
  • Gangguan tumbang pada prenatal, perinatal, neonatal, dan anak-anak
  • Kembar 1 telur lebih berisiko dari kembar 2 telur
2. Psikologis Ibu/pengasuh yang cemas/overprotektif, dingin, tidak sensitif
Hubungan dengan ayah yang tidak dekat/perhatian yang berlebihan
Konflik pernikahan
Komunikasi “double bind”
Koping dalam menghadapi stres tidak konstruktif atau tidak adaptif
Gangguan identitas
Ketidakmampuan menggapai cinta

3. Sosial budaya Kemiskinan
Ketidakharmonisan sosial budaya
Hidup terisolasi
Stres yang menumpuk
Tinggal di ibu kota

FAKTOR PRESIPITASI □ Sumber : biologis, psikologis, sosial budaya
□ Asal (original) : diri klien atau lingkungan eksternal
□Waktu : lama dan frekuensi stimulus
□ Jumlah : stimulus yang dialami

Faktor presipitasi umum □ Kondisi kesehatan
□ Kondisi lingkungan
□ Sikap dan perilaku klien

SUMBER KOPING Klien
Identifikasi koping, kekuatan dan kemampuan yang masih dimiliki klien
2. Sumber daya dan dukungan sosial
Pengetahuan keluarga
Finansial keluarga
Waktu dan tenaga keluarga yang tersedia
Kemampuan keluarga memberikan asuhan

Rabu, 02 Juni 2010

ASKEP Rawat Gabung ( Rooming In )


LATAR BELAKANG

UNICEF menyatakan, terdapat 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahunnya. UNICEF menyebutkan bukti ilmiah terbaru, yang juga dikeluarkan oleh Journal Paediatrics ini, bahwa bayi yang diberikan susu formula memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya. Dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia maupun di dunia sebenarnya dapat diminimalisir dengan salah satunya melakukan Rawat Gabung.

Infeksi pada bayi baru lahir merupakan penyakit yang sangat sulit untuk diobati. Angka kematian akibat infeksi di Indonesia yang tertinggi, khususnya infeksi pada neonatus masih merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta, khususnya di RSCM infeksi nosokomial merupakan 10-15% dari morbiditas perinatal. Ada bermacam cara yang mampu kita upayakan untuk pencegahan infeksi pada bayi baru lahir, salah satunya dengan melakukan Rawat Gabung (rooming in), walaupun fungsi rawat gabung tidak terbatas pada pencegahan infeksi semata.
Rawat gabung merupakan satu cara perawatan di mana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya. Istilah rawat gabung parsial yang dulu banyak dianut, yaitu rawat gabung hanya dalam beberapa jam seharinya, misalnya hanya siang hari saja sementara pada malam hari bayi dirawat di kamar bayi, sekarang tidak dibenarkan dan tidak dipakai lagi.

Tujuan rawat gabung adalah agar Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin kapan saja dibutuhkan, ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas, ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu masih di rumah sakit dan yang lebih penting lagi, Ibu memperoleh bekal keterampilan merawat bayi serta menjalankannya setelah pulang dari rumah sakit. Dalam perawatan gabung suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar, selain itu Ibu akan mendapatkan kehangatan emosional karena ibu dapat selalu kontak dengan buah hati yang sangat dicintainya, demikian pula sebaliknya bayi dengan ibunya.

Banyak RS yang menawarkan pilihan agar bayi dapat terus bersama ibunya selama 24 jam. Meskipun selama ini banyak RS yang masih menerapkan ruangan khusus untuk bayi, terpisah dari ibunya. Namun riset terakhir menunjukkan bahwa jika tidak ada masalah medis, tidak ada alasan untuk memisahkan ibu dari bayinya, meski hanya sesaat (Yamauchi and Yamanouchi 1990; Buranasin 1991; Oslislo and Kaminski 2000). Bahkan makin seringnya ibu melakukan kontak fisik langsung (skin-to-skin contact) dengan bayi akan membantu menstimulasi hormon prolaktin dalam memproduksi ASI (Hurst 1997). Karena itu pada tahun 2005, American Academy of Pediatrics (AAP) mengeluarkan kebijakan agar ibu dapat terus bersama bayinya di ruangan yang sama dan mendorong ibu untuk segera menyusui bayinya kapanpun sang bayi menginginkannya (on demand). Semua kondisi tersebut akan membantu kelancaran dari produksi ASI.

Rooming in akan membantu memperlancar pemberian ASI. Karena dalam tubuh
ibu menyusui ada hormon oksitosin. Hormon ini sangat berpengaruh pada keadaan emosi ibu. Jika Ibu tenang dan bahagia karena dapat mendekap bayinya, maka hormon ini akan meningkat dan ASI pun cepat keluar. Sehingga bayi lebih puas mendapatkan ASI . Manfaat lain dari perawatan rooming in bagi bayi akan lebih cepat menyesuaikan dengan waktu tidur dan bangun dengan ibu. Selain itu jika bayi menangis akan langsung didekap ibu sehingga bayi akan tenang mendengarkan detak jantung ibu. Bagi Ibu, perawatan rooming in akan memperkecil resiko mengalami depresi pasca melahirkan, karena ibu merasakan daya tarik tersendiri terhadap bayinya dan membuat rasa sayang kepadanya.


Tujuan
Untuk mengetahui pentingnya rooming in dalam perawatan ibu dan anak.

Rumusan Masalah
apakah yang dimaksud dengan rooming in?
Apa tujuan dan manfaat rooming in bagi ibu dan anak?

Batasan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini kami membatasi pada pokok bahasan rooming in

Manfaat
Untuk menambah wawasan khusus mahasiswa tentang rooming in



1. PENGERTIAN
Rawat gabung adalah suatu system perawatan ibu dan anak bersama-sama pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat ibu dapat menyusui anaknya.
Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh seharinya.

Ada dua jenis rawat gabung :
A. RG kontinu : bayi tetap berada disamping ibu selama 24 jam
B. RG parsial : ibu dan bayi bersama - sama hanya dalam beberapa jam seharinya Misalnya pagi bersama ibu sementara malam hari dirawat di kamar bayi.
Rawat gabung parsial saat ini tidak dibenarkan dan tidak dipakai lagi.

2. TUJUAN RAWAT GABUNG
A. Memberikan bantuan emosional
1. Ibu dapat memberikan kasi sayang sepenuhnya kepada bayi
2.Memberikan kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk mendapatkan pengalaman dalam merawat bayi

B. Penggunaan ASI
1. Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan kolostrum/ASI
2. Produksi ASI akan makin cepat dan banyak jika diberikan sesering mungkin
C. Pencegahan infeksi
mencegah terjadinya infeksi silang
D. Pendidikan kesehatan
Dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu
E. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi

4. MANFAAT RAWAT GABUNG
A. Bagi ibu
1. Aspek psikologi
2. Aspek fisik
a. Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan menyusui akan terjadi kontraksi rahim yang baik
b. Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga dapat mempercepat mobilisasi

A. Bagi bayi

1. Aspek psikologi
a. Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap perkembangan pskologi bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
b. Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan ini merupakan dasar bagi terbentuknya rasa percaya pada diri anak

2. Aspek fisik
a. Bayi segera mendapatkan colostrum atau ASI jolong yang dapat memberikan kekebalan/antibodi
b. Bayi segera mendapatkan makanan sesuai pertumbuhannya
c. Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil
d. Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang
e. Penyakit sariawan pada bayi dapat dihindari/dikurangi
f. Alergi terhadap susu buatan berkurang

c. Bagi keluarga
1. Aspek psikologi
Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk memberikan support pada ibu untuk memberikan ASI pada bayi

2. Aspek ekonomi
Lama perawatan lebih pendek karena ibu cepat pulih kembali dan bayi tidak menjadi sakit sehingga biaya perawatan sedikit.

d. Bagi petugas
1. Aspek psikologi
Bayi jarang menangis sehingga petugas di ruang perawatan tenang dan dapat melakukan pekerjaan lainnya.
2. Aspek fisik
Pekerjaan petugas akan berkurang karena sebagian besar tugasnya diambil oleh ibu dan tidak perlu repot menyediakan dan memberikan susu buatan

4 PELAKSANAAN
A. Di poliklinik kebidanan
a. Penyuluhan tentang ASI
b. Memutar film
c. Melayani konsultasi masalah ibu dan anak

B. Kamar persiapan
a. Jika rumah sakit telah berfungsi sebagai RS sayang ibu, maka hampir semua ibu yang masuk kamar bersalin sudah mendapat penyuluhan manajemen laktasi sejak mereka berada di poliklinik.
b. Kamar ini dipersiapkan bagi ibu yang tidak pernah melakukan ANC di RS dimana ia akan bersalin. Di dalam ruangan persiapan diperlukan gambar, poster, brosur dsb untuk membantu memberikan konseling ASI. Di ruangan ini tidak boleh terdapat botol susu, dot atau kempengan apalagi iklan susu formula yang semuanya akan mengganggu keberhasilan ibu menyusui.

C. Kamar Persalinan
a. Di ruangan ini dapat dipasang gambar, poster tentang menyusui yang baik dan benar. Serta menyusui segera setelah lahir.
b. Dalam waktu 30 menit setelah lahir bayi segera disusukan. Rangsangan pada puting susu akan merangsang hormon prolaktin dan oksitosin untuk segera memproduksi ASI

D. Kamar perawatan
a. Bayi diletakkan dekat dengan ibunya
b. Awasi KU dan kenali keadaan-keadaan yang tidak normal
c. Ibu dibantu untuk dapat menyusui dengan baik dan cara merawat payudara
d. Mencatat keadaan bayi sehari-hari
e. KIE tentang perawatan tali pusat, perawatan bayi, perawatan payudara, cara memandikan bayi, immunisasi dan penanggulangan diare
f. Jika bayi sakit pindahkan ke ruang khusus

5. SASARAN DAN SYARAT
a. Bayi lahir dengan spontan , baik presentasi kepala atau bokong
b. Jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung dapat dilakukan setelah bayi cukup sehat, reflek hisap baik, tidak ada tanda-tanda infeksi dsb
c. Bayi yang lahir dengan Sectio Cesarea dengan anestesi umum, RG dilakukan segera stelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak ngantuk)misalnya 4-6 jam setelah operasi.
d. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai apgar minimal 7)
e. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
f. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih
g. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum
h. Bayi dan ibu sehat

6. KONTRA INDIKASI
Rawat gabung tidak dianjurkan pada keadaan :
b. Pasca eklamsi
c. Penyakit infeksi akut, TBC
d. Hepatitis, terinfeksi HIV, sitimegalovirus, herpes simplek
e. Karsinoma payudara

B. Bayi
a. Bayi kejang
b. Sakit berat pada jantung
c. Bayi yang memerlukan pengawasan intensif
d. Catat bawaan sehingga tidak mampu menyusu

7. PERSYRARATAN RAWAT GABUNG YANG IDEAL

A. Bayi
a. Ranjang bayi tersendiri yang mudah terjangkau dan dilihat oleh ibu
b. Bagi yang memerlukan tersedia rak bayi
c. Ukuran tempat tidur anak 40 x 60 cm

B. Ibu
a. Ukuran tempat tidur 90 x 200 cm
b. Tinggi 90 cm
C. Ruang
a. Ukuran ruang untuk satu tempat tidur 1,5 x 3 m
b. Ruang dekat dengan ruang petugas (bagi yang masih memerlukan perawatan)
D. Sarana
a. Lemari pakaian
b. Tempat mandi bayi dan perlengkapannya
c. Tempat cuci tangan ibu
d. Setiap kamar mempunyai kamar mandi ibu sendiri
e. Ada sarana penghubung
f. Petunjuk/sarana perawatan payudara, bayi dan nifas, pemberian makanan pada bayi dengan bahasa yang sederhana
g. Perlengkapan perawatan bayi

E. Petugas
a. Rasio petugas dengan pasien 1 : 6
b. Mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam pelaksanaan RG

7. MODEL PENGATURAN RUANGAN RAWAT GABUNG
a. satu kamar dengan satu ibu dan anaknya
b. empat sampai lima orang ibu dalam 1 kamar dengan bayi pada kamar yang lain
bersebelahan dan bayi dapat diambil tanpa ibu harus meninggalkan tempat tidurnya
c. beberapa ibu dalam 1 kamar dan bayi dipisahkan dalam 1 ruangan kaca yang kedap
udara
d. model dimana ibu dan bayi tidur di atas tempat tidur yang sama
e. bayi di tempat tidur yang letaknya disamping ibu

9. KEUNTUNGAN & KERUGIAN

A. Keuntungan

a. Menggalakkan penggunaan ASI
b. Kontak emosi ibu dan bayi lebih dini dan lebih erat
c. Ibu segera dapat melaporkan keadaan-keadaanbayi yang aneh
d. Ibu dapat belajar merawat bayi
e. Mengurangi ketergantungan ibu pada bidan
f. Membangkitkan kepercayaan diri yang lebih besar dalam merawat bayi
g. Berkurangnya infeksi silang
h. Mengurangi beban perawatan terutama dalam pengawasan

B. Kerugian
a.ibu kurang istirahat
b. Dapat terjadi kesalahan dalam pemberian makanan karena pengaruh orang lain
c. Bayi bisa mendapatkan infeksi dari pengunjung
d. Pada pelaksanaan ada hambatan tekhnis/fasilitas

ASKEP ANEMIA PADA BUMIL



Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5>1. Kurang gizi (malnutrisi)

2. Kurang zat besi dalam diit

3. Malabsorpsi

4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain

5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain



GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL

Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.



KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN.

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:

1. Anemia Defisiensi Besi

Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.



a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).

b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).



Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.



Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Hb 11 gr% : Tidak anemia

2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan

3. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang

4. Hb < href="http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/06/askep-anemia-pada-bumil.html">Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).



2. Anemia Megaloblastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.

Pengobatannya:

a. Asam folik 15 – 30 mg per hari

b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari

c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari

d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.



3. Anemia Hipoplastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.



4. Anemia Hemolitik

Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.

Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.



EFEK ANEMIA PADA IBU HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS

Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan: Abortus, Missed Abortus dan kelainan kongenital. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan: Persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.



SIMPULAN

Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.



KEPUSTAKAAN

Manuaba, I.B.G.1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC

Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC

Mochtar, R. 1998 . Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC

Notobroto. 2003. Insiden Anemia. http://adln.lib.unair.ac.id. diperoleh 24 Februari, 2006.

Saifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP

Winkyosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

Senin, 31 Mei 2010

Lumbal Pungsi



PENGERTIAN
upaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid. (Brunner and Suddarth’s, 1999)

TUJUAN
pemeriksaan cairan serebrospinal
mengukur & mengurangi tekanan cairan serebrospinal
menentukan ada tidaknya darah pd cairan serebrospinal
mendeteksi adanya blok subarakhnoid spinal
memberikan antibiotic intrathekal ke dlm kanalis spinal terutama kasus infeksi.

INDIKASI

Kejang
Paresis atau paralisis termasuk paresis Nervus VI
Pasien koma
Ubun – ubun besar menonjol
Kaku kuduk dengan kesadaran menurun
Tuberkolosis milier

KONTRA INDIKASI
Syock/renjatan
Infeksi local di sekitar daerah tempat pungsi lumbal
Peningkatan tekanan intracranial (oleh tumor, space occupying lesion,hedrosefalus)
Gangguan pembekuan darah yang belum diobati

KOMPLIKASI

Sakit kepala
Infeksi
Iritasi zat kimia terhadap selaput otak
Jarum pungsi patah
Herniasi
Tertusuknya saraf oleh jarum pungsi

ALAT DAN BAHAN
Sarung tangan steril
Duk lubang
Kassa steril, kapas dan plester
Jarum pungsi lumbal no. 20 dan 22 beserta stylet
Antiseptic: povidon iodine dan alcohol 70%
Tabung reskasi untuk menampung cairan serebrospinal

Anestesi local
Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local
Obat anestesi loka (lidokian 1% 2 x ml), tanpa epinefrin. (Reis CE, 2006)
Tempat sampah.

PERSIAPAN PASIEN
Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke abdomen. Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi, dengan kursi dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.

PROSEDUR LUMBAL PUNGSI

1. Lakukan cuci tangan steril
2. Persiapkan dan kumpulkan alat-alat
3. Jamin privacy pasien
4. Bantu pasien dalam posisi yang tepat, yaitu pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (dahi ditarik kearah lutut), eksterimitas bawah fleksi maksimum (lutut di atarik kearah dahi), dan sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) sejajar dengan tempat tidur.
5. Tentukan daerah pungsi lumbal diantara vertebra L4 dan L5 yaitu dengan menemukan garis potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) dan garis antara kedua spina iskhiadika anterior superior (SIAS) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula dilakukan antara L4 dan L5 atau antara L2 dan L3 namun tidak boleh pada bayi
6. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan larutan povidon iodine diikuti dengan larutan alcohol 70 % dan tutup dengan duk steril di mana daerah pungsi lumbal dibiarkan terbuka
Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah memakai sarung tangan steril selama 15-30 detik yang akan menandai titik pungsi tersebut selama 1 menit.

7. Anestesi lokal disuntikan ke tempat tempat penusukan dan tusukkan jarum spinal pada tempat yang telah di tentukan. Masukkan jarum perlahan – lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas sampai menembus durameter. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5 cm pada umur 3-5 tahun. Pada remaja jaraknya 6-8 cm.

8. Lepaskan stylet perlahan – lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran cairan yang lebih baik, jarum diputar hingga mulut jarum mengarah ke cranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan.
9. Cabut jarum dan tutup lubang tusukkan dengan plester
10. Rapihkan alat-alat dan membuang sampah sesuai prosedur rumah sakit
11. Cuci tangan