Kamis, 13 Mei 2010

ASKEP PERITONITIS

Download Askep Peritonitis.doc

PERITONITIS

PENGERTIAN
Peradangan peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis yang kaya akan vaskularisasi dan aliran limpa.


ETIOLOGI
1. Infeksi bakteri
• Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal, misalnya :
• Appendisitis yang meradang dan perforasi
• Tukak peptik (lambung / dudenum)
• Tukak thypoid
• Tukan disentri amuba / colitis
• Tukak pada tumor
• Salpingitis
• Divertikulitis
Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus  dan  hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah clostridium wechii.

2. Secara langsung dari luar.
• Operasi yang tidak steril
• Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi peritonitisyang disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon terhadap benda asing, disebut juga peritonitis granulomatosa serta merupakan peritonitis lokal.
• Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa.
• Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis. Terbentuk pula peritonitis granulomatosa.

3. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis, glomerulonepritis. Penyebab utama adalah streptokokus atau pnemokokus.



GEJALA DAN TANDA
• Syok (neurogenik, hipovolemik atau septik) terjadi pada beberpa penderita peritonitis umum.
• Demam
• Distensi abdomen
• Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus, atrofi umum, tergantung pada perluasan iritasi peritonitis.
• Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah yang jauh dari lokasi peritonitisnya.
• Nausea
• Vomiting
• Penurunan peristaltik.

PATOFISIOLOGI
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen ke dalam rongga abdomen, biasanya diakibatkan dan peradangan iskemia, trauma atau perforasi tumor, peritoneal diawali terkontaminasi material.
Awalnya material masuk ke dalam rongga abdomen adalah steril (kecuali pada kasus peritoneal dialisis) tetapi dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri. Akibatnya timbul edem jaringan dan pertambahan eksudat. Caiaran dalam rongga abdomen menjadi keruh dengan bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel yang rusak dan darah.
Respon yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotil tetapi segera dikuti oleh ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan di dalam usus besar.

TEST DIAGNOSTIK
1. Test laboratorium
• Leukositosis
• Hematokrit meningkat
• Asidosis metabolik

2. X. Ray
• Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan :
• Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis.
• Usus halus dan usus besar dilatasi.
• Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.
PROGNOSIS
• Mortalitas tetap tinggi antara 10 % - 40 %.
• Prognosa lebih buruk pada usia lanjut dan bila peritonitis sudah berlangsung lebih dari 48 jam.
• Lebih cepat diambil tindakan lebih baik prognosanya.

ASKEP POST OPERASI TUTUP KOLOSTOMI

download askep post operasi tutup kolostomi.doc

POST OPERASI TUTUP KOLOSTOMI


Post operasi tutup kolostomi merupakan suatu rangkaian tindakan pembedahan pada post kolostomi sementara.

Perjalanan dan riwayat tindakan.
Klien yang mengalami kelainan pada usus seperti: obstruksi usus, kanker kolon, kolitis ulceratif, penyakit Divertikuler akan dilakukan pembedahan yang disebut dengan kolostomi yaitu lubang dibuat dari segmen kolon (asecenden, transversum dan sigmoid). Lubang tersebut ada yang bersifat sementara dan permanen. Kolostomi asenden dan transversum bersifat sementara , sedangkan kolostomi sigmoid bersifat permanen.

Kolostomi yang bersifat sementara akan dilakukan penutupan .

Berdasarkan lubang kolostomi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Single barreled stoma, yaitu dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal dapat dibuang atau ditutup.
2. Double barreled, biasanya meliputi kolon transversum. Kedua ujung dari kolon yang direksesi dikeluarkan melalui dinding abdominal mengakibatkan dua stoma. Stoma distal hanya mengalirkan mukus dan stoma proksimal mengalirkan feses.
3. Kolostomi lop-lop, yaitu kolon transversum dikeluarkan melalui dinding abdomen dan diikat ditempat dengan glass rod. Kemudian 5-10 hari usus membentuk adesi pada dinding abdomen, lubang dibuat di permukaan terpajan dari usus dengan menggunakan pemotong.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada klien dengan post kolostomi:
- Irigasi diperlukan untuk mengatur defekasi
- Pembersihan usus diperlukan sebelum pemeriksaan kontras barium saluran GI.

Rencana Keperawatan terintegrasi:
1. Perawatan pascaoperasi
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
3. Terapi intra vena
4. Imobilitas
5. Nyeri.

Pengkajian Data Dasar
1. Pemeriksaan fisik terhadap daerah penutupan kolostomi:
- Keadaan luka: tanda kemerahan, pengeluaran cairan
- Adanya pembengkakan dan menutup sempurna
2. Pemeriksaan daerah rektum:
- Pengeluaran feses
4. Kecemasan
5. Nyeri
Diangosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan perlukaan skunder operasi penutupan kolostomi
2. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap disfungsi rektum
3. Resiko tinggi terhadap komplikasi : infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan .

INTERVENSI

Diagonsa: Nyeri berhubungan dengan perlukaan skunder operasi penutupan kolostomi

Tanda-tanda
Subyektif:
- Mengungkapkan ketidaknyamanan, dan nyeri daerah perut.
Obyektif:
- Merintih, menangis
- Melindungi sisi nyeri.
- Nadi meningkat
Kriteria evaluasi:
- Mengungkapkan tidak ada nyeri
- Tidak merintih, menangis
- Ekspresi wajah rileks

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keluhan dan derajat nyeri



2. Motivasi untuk melakukan teknik pengaturan nafas dan mengalihkan perhatian

3. Hindari sentuhan seminimsl mungkin untuk mengurangi rangsangan nyeri

4. Pertahankan puasa

4. Berikan analgetik sesuai dengan program medis. Untuk mengetahui sifat dan tingkat nyeri sehingga memudahkan dalan memberi tindakan.

Relaksasi dan retraksi dapat mengurangi rangsangan nyeri


Sentuhan dapat meningkatkan rangsangan nyeri

Untuk mengistirahatkan usus.

Analgesik membantu memblok jaras nyeri.

Diagnosa : Cemas berhubungan dengan ancaman disfungsi rektum
Tanda-tanda:
Subyektif:
- Mengeluh takut kalau anusnya tidak bisa berfungsi normal
- Melaporkan perasaan gugup
Obyektif:
- Ekspresi wajah tegang
- Nadi meningkat.
Kritria evaluasi:
- Ekspresi wajah rileks
- Cemas dan gugup berkurang
- Mengungkapkan pemahaman tentang proses pemulihan fungsi rektum.

INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan proses pemulihan fungsi anus secara bertahap dan butuh waktu agak lama.
2. Lakukan pendekatan dengan tenang dan berikann dorongan urtuk bertanya.
3. Libatkan keluargan dalam setiap tindakan. Pemahaman dapat mengurangi kecemasan


Dengan kondisi tenang akan lebih memudahakan pemahaman.

Dengan keterlibatan keluarga akan memberi perhatian yang lebih bagi klien.


Diagnosa : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan daerah abdomen
Tanda-tanda
Subyektif:
- Mengeluh deman
- Mengekuh nyeri
- Mengeluh kaku
Obyektif:
- SDP > 10.000/mm3
- Suhu > 37,2
Kriteria evaluasi:
- Suhu < 37,2
- SDP < 10.000/mm3
- Tidak terdapat tanda-tanda radang: panas, kemerahan, bengkak, kekakuan daerah perut.

INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau hasil:
- Hasil SDP
- Suhu tiap 4 jam

2. Implementasikan tindakan untuk mencegah infeksi:
- Rawat luka dengan teknik steril
- Tingkatkan intake cairan 2-3 liter/hari
- Tingkatan nutrisi dengan diet TKTP
- Gunakan pelunak feses bila terdapat konstipasi.

3. Berikan antibiotika sesuai program medis.

4. Pantau tanda-tanda radang: panas, merah, bengkak, nyeri, kekakuan. Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan dan penyimpangan dari hasil yang diharapkan



Teknik steril untuk pencegahan pemindahan kuman. Dan cairan untuk memperlancar pengeluaran . Sedangkan nutrisi untuk meningkatkan ketahanan tubuh dan mempercepat pertumbuhan jaringan.



Antibiotika untuk menghambat dan membunuh kuman patogen.

Untuk mengetahui secara dini terjadinya infeksi.

ASKEP TRAUMA TUMPUL ABDOMEN





BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Dalam era Modernisasi kemajuan dibidang tekhnologi trasnportasi dan semakin berkembangnya mobilitas manusia berkendaraan di jalan raya, menyebabkan kecelakaan yang terjadi semakin meningkat serta angka kematian semakin tinggi. Salah satu kematian akibat kecelakaan adalah diakibatkan trauma abdomen. Kecelakaan laulintas merupakan penyebab kematian 75 % trauma tumpul abdomen, sedangkan penyebab lainnya adalah penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari tempat ketinggian, sedangkan akibat dari penganiayaan ini disebabkan oleh karena senjata tajam dan peluru. Oleh karena hal tersebut diatas akan mengakibatkan kerusakan dan menimbulkan robekan dari organ – organ dalam rongga abdomen atau mengakibatkan penumpukan darah dalam rongga abdomen yang berakibat kematian. Di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya khususnya di Instalasi Rawat Darurat (IRD) data kejadian trauma abdomen masih cukup tinggi yaitu pada tahun 1998 berjumlah 156 orang, sedangkan pada tahun 1999 sebanyak 106 orang korban (Temu Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 2000). Dalam kasus ini “ Waktu adalah nyawa ” dimana dibutuhkan suatu penanganan yang professional yaitu cepat, tepat, cermat dan akurat, baik di tempat kejadian ( pre hospital ), transportasi sampai tindakan definitif di rumah sakit.

Tindakan definitif dengan jalan pembedahan sangatlah penting dilakukan, oleh karena itu dibutuhkan kerja sama antara pasien, keluarga pihak dokter maupun perawat sebagai mitra kerja ataupun merupakan Team Work dalam melaksanakan tindakan pembedahan sekaligus memberikan Asuhan Keperawatan. Perawat merupakan ujung tombak dan berperan aktif dalam memberikan pelayanan membantu klien mengatasi permasalahan yang dirasakan baik dari aspek psikologis maupun aspek fisiologi secara komprehensif. Mengingat kurangnya pengetahuan dan pengertian klien maupun keluarga tentang penyakit atau sebab dan akibat dari trauma dan alasan tindakan therapy pembedahan yang dilakukan, oleh karena itu sangatlah diperlukan informasi yang adequat. Dengan demikian klien dan keluarga akan kooperatif dan tingkat kecemasan berkurang. Berdasarkan alasan yang dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “ Asuhan Keperawatan Klien Tn. T. S dengan masalah keperawatan pre operatif trauma tumpul abdomen di ruang surgical Rumah Sakit Surabaya International.”

A. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH.

Asuhan Keperawatan pre operatif pada trauma abdomen dapat digolongkan atas trauma tajam / trauma tembus (penetrating injury) dan trauma tumpul (blun injury). Oleh Karena itu penulis :

1. Membatasi masalah Asuhan Keperawatan pada Tn. T. S dengan masalah Keperawatan pre operatif trauma tumpul abdomen di ruang Surgical Rumah Sakit Surabaya International.

2. Merumuskan masalah :

a. Bagaimana gambaran Asuhan Keperawatan pada Tn. T. S dengan masalah Keperawatan pre operatif trauma tumpul abdomen di ruang Surgical Rumah Sakit Surabaya International ?

b. Kesenjangan apa yang terjadi dalam memberikan Asuhan Keperawatan terhadap Tn. T. S dengan masalah Keperawatan pre operatif trauma tumpul abdomen di ruang Surgical Rumah Sakit Surabaya International ?

c. Bagaimana alternatif penyelesaian masalah dari kesenjangan yang ada ?

1) TUJUAN PENULISAN

2. Tujuan umum :

a. Memperoleh gambaran Asuhan Keperawatan pada kasus pre operatif trauma tumpul abdomen dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

b. Mampu memberikan Asuhan Keperawatan dengan masalah pre operatif trauma tumpul abdomen dan dapat mengidentifikasikan masalah – masalah yang timbul atau dapat timbul.

3. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien dengan masalah keperawatan pre operatif trauma tumpul abdomen.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan.

c. Penulis mampu merencanakan tindakan keperawatan secara cepat, tepat, cermat dan akurat.

d. Penulis mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan sesuai dengan rencana tindakan.

e. Penulis mampu mengevaluasi hasil dari Asuhan Keperawatan.

f. Penulis mampu menentukan alternatif penyelesaian masalah-masalah yang ditemukan.

1. METODE PENULISAN

Metode yang dipakai dalam penyusunan karya tulis ini adalah :

3. Metode deskriptif dengan menggunakan studi melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.Tehnik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual dan mempelajari dokumen klien.

4. Sumber data :

a. Data primer yang diperoleh langsung dari klien.

b. Data sekunder yang diperoleh dari keluarga, tenaga kesehatan, dokumen medis dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya.

5. Studi kepustakaan yaitu mempelajari Dokumentasi Keperawatan yang berhubungan dengan judul karya tulis dan masalah yang dibahas.

II. SISTEMATIKA PENULISAN

Secara garis besar karya tulis ini terdiri dari BAB I sampai dengan BAB V.

Þ BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Þ BAB II Tinjauan Pustaka terdiri dari pengertian, etiologi/penyebab, anatomi fisiologi, pathofisiologi, dampak masalah dan Asuhan Keperawatan (pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi) secara teori.

Þ BAB III Tinjauan kasus terdiri dari gambaran lokasi tinjauan kasus, pengkajian, analisa data, diagnosis, perencanaan dan evaluasi dari kasus nyata yang ditemukan diruangan.

Þ BAB IV Pembahasan

Þ BAB V Kesimpulan dan Saran.

Þ Daftar Pustaka.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 200)

B. ETIOLOGI / FAKTOR PENYEBAB

Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian.

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong dan meluas dari atas diafragma sampai pelvis dibawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian – abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dab kecil.

Batasan – batasan abdomen. Di atas, diafragma, Di bawah, pintu masuk panggul dari panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot – otot abdominal, tulang –tulang illiaka dan iga – iga sebelah bawah. Di belakang, tulang punggung, dan otot psoas dan quadratrus lumborum.

Isi Abdomen. Sebagaian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus, dan usus besar. Hati menempati bagian atas, terletak di bawah diafragma, dan menutupi lambung dan bagian pertama usus halus. Kandung empedu terletak dibawah hati. Pankreas terletak dibelakang lambung, dan limpa terletak dibagian ujung pancreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dinding posterior abdomen. Ureter berjalan melalui abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum khili dan sebagaian dari saluran torasika terletak didalam abdomen.

Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum dan lemak juga dijumpai dalam rongga ini.

D. PATHOFISIOLOGI

Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor – faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :

§ Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.

§ Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.

§ Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.

E. DAMPAK MASALAH TERHADAP KLIEN

Setiap musibah yang dihadapi seseorang akan selalu menimbulkan dampak masalah baik bio - psiko- social-spiritual yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perubahan pola kehidupan. Dampak dari pre operasi :

a. Dampak pada fisik :

q Pola Pernapasan :

Keadaan ventilasi pernapasan terganggu jika terdapat gangguan / instabilitasi cardiovaskuler, respirasi dan kelainan – kelainan neurologis akibat multiple trauma.

Penyebab yang lain adalah perdarahan didalam rongga abdominal yang menyebabkan distended sehingga menekan diafragma yang akan mempengaruhi ekspansi rongga thoraks.

q Pada sirkulasi

Perdarahan dalam rongga abdomen karena cidera dari oragan – organ abdominal yang padat maupun berongga atau terputusnya pembuluh darah, sehingga tubuh kehilangan darah dalam waktu singkat yang mengakibatkan shock hipovolemik dimana sisa darah tidak cukup mengisi rongga pembuluh darah.

q Perubahan perfusi jaringan

Penurunan perfusi jaringan disebabkan karena suplai darah yang dipompakan jantung ke seluruh tubuh berkurang / tidak mencukupi kesesuaian kebutuhan akibat dari shock hipovolemic.

q Penurunan Volume cairan tubuh.

Perdarahan akut akan mempengaruhi keseimbangan cairan di dalam tubuh, dimana cairan intra celluler (ICF), Extracelluler (ECF) diantaranya adalah cairan yang berada di dalam pembuluh darah (IV) dan cairan yang berada di dalam jaringan di antara sel - sel (ISF) akan mengalami defisit atau hipovolemia.

q Kerusakan Integritas kulit.

Trauma benda tumpul dan tajam akan menimbulkan kerusakan dan terputusnya jaringan kulit atau yang dibagian dalamnya diantaranya pembuluh darah, persyarafan dan otot didaerah trauma.

b. Dampak Psikologis :

Perasaan cemas dan takut akan menyelimuti diri pasien, hal ini disebabkan karena musibah yang dialaminya dan kurangnya informasi tentang tindakan pengobatan dengan jalan pembedahan / operasi.

c. Dampak Sosial :

Mengingat dana yang dibutuhkan untuk tindakan pembedahan tidak sedikit dan harga obat – obatan yang cukup tinggi, hal ini akan mempengaruhi kondisi ekonomi dan membutuhkan waktu yang amat segera (sempit)

F. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Dalam pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan prinsip – prinsip Penanggulangan Penderita Gawat Darurat yang mempunyai skala prioritas A (Airway), B (Breathing), C (Circulation). Hal ini dikarenakan trauma abdomen harus dianggap sebagai dari multi trauma dan dalam pengkajiannya tidak terpaku pada abdomennya saja.

1.1 Anamnesa

1.1.1 Biodata

1.1.2 Keluhan Utama

- Keluhan yang dirasakan sakit.

- Hal spesifik dengan penyebab dari traumanya.

1.1.3 Riwayat penyakit sekarang (Trauma)

- Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru.

- Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya saat jatuh.

- Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.

- Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada quadran mana yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.

1.1.4 Riwayat Penyakit yang lalu

- Kemungkinan pasien sebelumnya pernah menderita gangguan jiwa.

- Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan gangguan faal hemostasis.

1.1.5 Riwayat psikososial spiritual

- Persepsi pasien terhadap musibah yang dialami.

- Apakah musibah tersebut mengganggu emosi dan mental.

- Adakah kemungkinan percobaan bunuh diri (tentamen-suicide).

1.2 Pemeriksaan Fisik

1.2.1 Sistim Pernapasan

- Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada serta jalan napasnya.

- Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan tertinggal.

- Pada perkusi adalah suara hipersonor dan pekak.

- Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi.

1.2.2 Sistim cardivaskuler (B2 = blead)

- Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah abdominal dan adakah anemis.

- Pada palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan bagaimana suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradoks.

1.2.3 Sistim Neurologis (B3 = Brain)

- Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di kepala.

- Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota gerak

- Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)

1.2.4 Sistim Gatrointestinal (B4 = bowel)

- Pada inspeksi :

¨ Adakah jejas dan luka atau adanya organ yang luar.

¨ Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan dalam cavum abdomen.

¨ Adakah pernapasan perut yang tertinggal atau tidak.

¨ Apakah kalau batuk terdapat nyeri dan pada quadran berapa, kemungkinan adanya abdomen iritasi.

- Pada palpasi :

· Adakah spasme / defance mascular dan abdomen.

· Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.

· Kalau ada vulnus sebatas mana kedalamannya.

- Pada perkusi :

§ Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.

§ Kemungkinan – kemungkinan adanya cairan / udara bebas dalam cavum abdomen.

- Pada Auskultasi :

§ Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang.

- Pada rectal toucher :

§ Kemungkinan adanya darah / lendir pada sarung tangan.

§ Adanya ketegangan tonus otot / lesi pada otot rectum.

1.2.5 Sistim Urologi ( B5 = bladder)

- Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan adakah distensi pada daerah vesica urinaria serta bagaimana produksi urine dan warnanya.

- Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan adanya distensi.

- Pada perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria.

1.2.6 Sistim Tulang dan Otot ( B6 = Bone )

¨ Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama daerah pelvis.

¨ Pada palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau pelvis.

1.3 Pemeriksaan Penunjang :

1.3.1 Radiologi :

- Foto BOF (Buick Oversic Foto)

- Bila perlu thoraks foto.

- USG (Ultrasonografi)

1.3.2 Laboratorium :

- Darah lengkap dan sample darah (untuk transfusi)

Disini terpenting Hb serial ½ jam sekali sebanyak 3 kali.

- Urine lengkap (terutama ery dalam urine)

1.3.3 Elektro Kardiogram

- Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien usia lebih 40 tahun.

2. Diagnosa Keperawatan

Adapun masalah perawatan yang actual maupun potensial pada penderita pre operatis trauma tumpul abdomen adalah sebagai berikut :

2.1 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan terputusnya pembuluh darah arteri / vena suatu jaringan (organ abdomen) yang ditandai dengan adanya perdarahan, jejas atau luka dan distensi abdomen.

2.2 Perubahan perfusi jaringan sehubngan dengan hypovolemia, penurunan suplai darah ke seluruh tubuh yang ditandai dengan suhu kulit bagian akral dingin, capillary refill lebih dari 3 detik dan produksi urine kurang dari 30 ml/jam.

2.3 Nyeri sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ abdomen yang ditandai dengan pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak menyeringai kesakitan.

2.4 Cemas sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan, ekspresi wajah tegang dan gelisah.

2.5 Kurangnya pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilakukan sehubungan dengan kurangnya informasi / informasi inadquat yang itandai dengan pasien bertanya tentang dampak dari musibah yang dialami dan akibat dari pembedahan.

3. Perencanaan

3.1 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan terputusnya pembuluh darah arteri / vena suatu jaringan (organ abdomen) yang ditandai dengan adanya perdarahan, jejas atau luka dan distensi abdomen.

Tujuan :

ü Keseimbangan cairan tubuh teratasi.

ü Sirkulasi dinamik (perdarahan) dapat diatasi.

Kriteria Hasil :

ü Cairan yang keluar seimbang , tidak didapat gejala – gejala dehidrasi.

ü Perdarahan yang keluar dapat berhenti, tidak didapat anemis, Hb diatas 80 gr %

ü Tanda vital dalam batas normal.

ü Perkusi : Tidak didapatkan distensi abdomen.

Rencana Tindakan :

1) Kaji tentang cairan perdarahan yang keluar adakah gambaran klinik hipovolemic

2) Jelaskan tentang sebab – akibat dari kekurangan cairan / perdarahan serta tindakan yang akan kita lakukan.

3) Observasi gejala – gejala vital, suhu, nadi, tensi, respirasi dan kesadaran pasien setiap 15 menit atau 30 menit.

4) Batasi pergerakan yang tidak berguna dan menambah perdarahan yang keluar.

5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pelaksanaan :

§ Pemberian cairan infus (RL) sesuai dengan kondisi.

§ Menghentikan perdarahan bila didapat trauma tajam dengan jalan didrug (ditekan) atau diklem / ligasi.

§ Pemasangan magslang dan katheter + uro – bag.

§ Pemberian transfusi bila Hb kurang dari 8 gr %.

§ Pemasangan lingkar abdomen.

§ Pemeriksaan EKG.

6) Kolaborasi dengan tim radiology dalam pemeriksaan (BOF) dan foto thoraks.

7) Kolaborasi dengan tim analis dalam pemeriksaan (DL : darah lengkap) (Hb serial) dan urine lengkap.

8) Monitoring setiap tindakan perawatan / medis yang dilakukan serta catat dilembar observasi.

9) Monitoring cairan yang masuk dan keluar serta perdarahan yang keluar dan catat dilembar observasi.

10) Motivasi kepada klien dan keluarga tentang tindakan perawatan / medis selanjutnya.

3.2 Perubahan perfusi jaringan sehubungan dengan hypovolemia, penurunan suplai darah ke seluruh tubuh yang ditandai dengan suhu kulit bagian akral dingin, capillary refill lebih dari 3 detik dan produksi urine kurang dari 30 ml/jam.

Tujuan :

§ Tidak terjadi / mempertahankan perfusi jaringan dalam kondisi normal.

Kriteria hasil :

§ Status haemodinamik dalam kondisi normal dan stabil.

§ Suhu dan warna kulit bagian akral hangat dan kemerahan.

§ Capillary reffil kurang dari 3 detik.

§ Produksi urine lebih dari 30 ml/jam.

Rencana Tindakan

1) Kaji dan monitoring kondisi pasien termasuk Airway, Breathing dan Circulation serta kontrol adanya perdarahan.

2) Lakukan pemeriksaan Glasgow Coma scale (GCS) dan pupil.

3) Observasi tanda – tanda vital setiap 15 menit.

4) Lakukan pemeriksaan Capillary reffil, warna kulit dan kehangatan bagian akral.

5) Kolaborasi dalam pemberian cairan infus.

6) Monitoring input dan out put terutama produksi urine.

3.3 Nyeri sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ abdomen yang ditandai dengan pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak menyeringai kesakitan.

Tujuan :

- Rasa nyeri yang dialami klien berkurang / hilang.

Kriteria hasil :

- Klien mengatakan nyerinya berkurang atau hilang.

- Klien nampak tidak menyeringai kesakitan.

- Tanda – tanda vital dalam batas normal.

Rencana Tindakan :

1) Kaji tentang kualitas, intensitas dan penyebaran nyeri.

2) Beri penjelasan tentang sebab dan akibat nyeri, serta jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan.

3) Berikan posisi pasien yang nyaman dan hindari pergerakan yang dapat menimbulkan rangsangan nyeri.

4) Berikan tekhnik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri dengan jalan tarik napas panjang dan dikeluarkan secara perlahan – lahan.

5) Observasi tanda – tanda vital, suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah.

6) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgesik bilamana dibutuhkan, (lihat penyebab utama)

3.4 Cemas sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan, ekspresi wajah tegang dan gelisah.

Tujuan :

- Kecemasan dapat diatasi.

Kriteria hasil :

- Klien mengatakan tidak cemas.

- Ekspresi wajah klien tampak tenang dan tidak gelisah.

- Klien dapat menggunakan koping mekanisme yang efektif secara fisik – psiko untuk mengurangi kecemasan.

Rencana Tindakan :

1) Indetifikasi tingkat kecemasan dan persepsi klien seperti takut dan cemas serta rasa kekhawatirannya.

2) Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap musibah yang dihadapi dan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan.

3) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

4) Berikan perhatian dan menjawab semua pertanyaan klien untuk membantu mengungkapkan perasaannya.

5) Observasi tanda – tanda kecemasan baik verbal dan non verbal.

6) Berikan penjelasan setiap tindakan persiapan pembedahan sesuai dengan prosedur.

7) Berikan dorongan moral dan sentuhan therapeutic.

8) Berikan penjelasan dengan menggunakan bahasa yang sederhana tentang pengobatan pembedahan dan tujuan tindakan tersebut kepada klien beserta keluarga.

3.5 Kurangnya pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilakukan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang sebab dan akibat dari trauma serta dampak dari pembedahan yang ditandai dengan pasien / keluarga sering bertanya dari petugas yang satu ke petugas yang lain, klien / keluarga nampak belum kooperatif.

Tujuan :

- Klien / keluarga mengerti dan memahami tentang tindakan pembedahan yang akan dilakukan.

Kriteria hasil :

- Klien / keluarga memahami prosedur dan tindakan yang akan dilakukan.

- Klien kooperatif setiap tindakan yang terkait dengan persiapan pembedahan.

Rencana Tindakan :

1) Kaji tingkat pengetahuan klien / keluarga.

2) Jelaskan secara sederhana tentang pengobatan yang dilakukan dengan jalan pembedahan.

3) Diskusikan tentang hal – hal yang berhubungan dengan prosedur pembedahan dan proses penyembuhan.

4) Berikan perhatian dan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

5) Anjurkan klien untuk berpartisipasi selama dalam perawatan.

6) Lakukan check list untuk persiapan pre operasi antara lain informed consent, alat/obat dan persiapan darah untuk transfusi.

4. Pelaksanaan Perawatan

Dalam pelaksanaan sesuai dengan rencana perawatan dengan modifikasi sesuai dengan kondisi pasien dan kondisi ruangan dan asuhan perawatan yang telah dilakukan di tulis pada lembar catata perawatan sesuai dengan tanggal, jam, serta tanda tangan, nama yang melakukan.

5. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan setiap saat setelah rencana perawatan dilakukan serta ssat pasien pindah dari IRD, sedangkan cara melakukan evaluasi sesuai dengan criteria keberhasilan pada tujuan rencana perawatan. Dengan demikian evaluasi dapat dilakukan sesuai dengan criteria / sasaran secara rinci di tulis pada lembar catatan perkembangan yang berisikan S-O-A-P-I-E-R (data Subyek, Obyek, Assesment, Implemetasi, Evaluasi dan Revisi.). Dari catatan perkembangan ini seorang perawat dapat mengetahui beberapa hal antara lain :

1. Apakah datanya sudah relevan dengan kondisi saat ini.

2. Apakah ada data tambahan selama melaksanakan intervensi (perencanaan perawatan).

3. Adakah tujuan perencanaan yang belum tercapai.

4. Tujuan perencanaan perawatan manakah yang belum tercapai.

5. Apakah perlu adanya perubahan dalam perencanaan perawatan.



BAB III TINJAUAN KASUS

Menguraikan gambaran lokasi ruangan Surgical Rumah Sakit Surabaya International tempat pemberian pelayanan Asuhan Keperawatan kepada Tn. T. S. dengan masalah keperawatan pre oprasi trauma tumpul abdomen beserta semua pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan yang telah ditemukan pada Tn. T. S dan rencana tindakan, tindakan keperawatan serta evaluasi yang telah diberikan kepada Tn. T. S dengan masalah keperawatan pre Operatif trauma tumpul abdomen di ruang Surgical Rumah Sakit Surabaya Internasional.



BAB IV PEMBAHASAN

Menguraikan kesenjangan – kesenjangan dan persamaan – persamaan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang ditemukan pada Asuhan Keperawatan Tn. T. S dengan masalah keperawatan pre operatif trauma tumpul abdomen yang telah diberikan di ruang Surgical Rumah Sakit Surabaya International.



BAB V PENUTUP

Menguraikan bahwa penulis telah mengakhiri karya tulis yang terdiri dari dua sub bab yaitu kesimpulan dan saran.

1. Kesimpulan

Isi harus menjawab tujuan penulisan dan merupakan inti dari pembahasan kesenjangan – kesenjangan dan persamaan – persamaan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus yang ditemukan ditemukan pada Asuhan Keperawatan Tn. T. S dengan masalah keperawatan pre operatif trauma tumpul abdomen yang telah diberikan di ruang Surgical Rumah Sakit Surabaya International.

2. Saran

Merupakan tanggapan – tanggapan terhadap isi dari kesimpulan mengacu pada tujuan penulisan dan pembahasan antara kesenjangan – kesenjangan dan persamaan – persamaan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang ditemukan pada ditemukan pada Asuhan Keperawatan Tn. T. S dengan masalah keperawatan pre operatif trauma tumpul abdomen yang telah diberikan di ruang Surgical Rumah Sakit Surabaya International agar dipertahankan / ditingkatkan agar lebih baik untuk masa yang akan datang..



DAFTAR PUSTAKA

1. American Callege Of Surgeons. 1997. Advced Trauma Life Suport (ATLS) for Doctors, Edition 6, Amerika Serikat.

2. Departemen Kesehatan RI. 1990. Pusat Diklat Tenaga Kesehatan, Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Gangguan Sistem Pernafasan. Depkes RI.

3. Horison’ s. Gangguan Saluran Pencernaan, Edisi 9 Terjemahan Adji Dharma, EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

4. Dolan T. Joant. 1991. Critical Care Nursing Clinical Management Through The Nursing Proces, New York. Amerika Serikat, FA Davis Company. Philadephia.

5. Doenges E. Marilyn. Et All. 1987. Nursing Care Plans, Edition 2, Company Philadephia.

6. Wolf. Weitzel. Fuest. 1984. Dasar – Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta. PT Gunung Agung.