Air dan Sanitasi ( WATSAN )
Memahami tujuan dan latar belakang diperlukan pelayanan Air dan Sanitasi pada saat bencana
Kenapa PMI terlibat dalam kegiatan air dan sanitasi ?
Didalam pokok kebijakan dan rencana strategis PMI 2005-2009, PMI mempunyai Visi bahwa Palang Merah Indonesia (PMI) menyediakan dan memberikan pelayan kepalangmerahan dengan cepat dan tepat dengan berpegang teguh pada Prinsip-prinsip dasar kepalangmerahan dan bulan sabit merah international. Salah satu Misi PMI adalah memberikan bantuan dalam bidang kesehatan yang berbasis masyarakat, dengan tujuan strategis dalam pelayanan kesehatan adalah terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi masyarakat rentan di seluruh indonesia secara merata, terjangkau, dan bermutu dengan salah satu kegiatan didalam pelayanan kesehatan adalah air dan sanitasi, dengan salah satu ruang lingkup kebijakan bidang air dan sanitasi adalah pengembangan program ”WatSan” untuk masyarakat kelompok rentan yang mengalami kesulitan akses air bersih dan masyarakat di tempat pengungsian karena bencana atau konflik.
Keperluan Air dan Sanitasi Dalam Kondisi Bencana?
Untuk diperhatikan bahwa setiap orang mempunyai hak terhadap air bersih, dan memastikan jumlah air bersih yang dapat mencukupi diperlukan untukmencegah kematian akibat dehidrasi, untuk mengurangi resiko penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air dan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, memasak , dan keperluan-keperluan kebersihan pribadi dan rumah tangga.
Air bersih dan sanitasi adalah unsur terpenting yang menentukan kelangsungan hidup, kondisi kesehatan dan martabat manusia. Pada tahap awal dari suatu bencana orang yang terkena bencana pada umumnya lebih mudah menjadi sakit dan meninggal, karena penyakit pada umumnya berhubungan dengan sanitasi yang tidak memadai, kekurangan penyediaan air, dan buruknya kebersihan.
Penyakit-penyakit yang paling banyak terjadi adalah penyakit yang ditularkan melaui tinja kemulut seperti penyakit diare, dan penyakit yang disebabkan oleh vektor (hama pembawa penyakit) yang berhubungan dengan sampah dan air.
Sasaran utama kegiatan air dan sanitasi pada keadaan bencana adalah untuk mengurangi penularan penyakit-penyakit tinja ke mulut dan mengurangi penjangkitan oleh vektor dengan melaksanakan penyuluhan peraktek kebersihan yang baik, penyediaan air minum yang aman dan pengurangan kesehatan lingkungan dengan mengusahakan suatu kondisi yang memungkinkan orang-orang untuk hidup dengan kesehatan, martabat, kenyamanan, dan kemanan yang memadai.
Mengetahui kegiatan apa yang harus dilakukan pelayanan air dan sanitasi fase darurat
Pada fase bencana hal yang sering kita temukan seperti banyak memakan korban dengan banyak temukan mayat-mayat dan terjadinya kerusakan infrastruktur, salah kerusakan yang ditimbulkan adalah kerusakan fasilitas air dan sanitasi seperti : jaringan PDAM rusak, sumur-sumur terkubur reruntuhan atau lumpur, jalur akses sumber air terputus, banyak puing-puing, sampah-sampah serta kondisi drainase yang rusak sehingga banyak air tergenang, didukung perilaku kesehatan yang buruk dari masyarakat korban. Akibat dari hal tersebut masyarakat menjadi rentan terhadap penyakit.
Apa yang harus dilakukan dalam kegiatan Air dan Sanitasi pada fase Bencana?
Untuk mengurangi resiko dari bencana yang ditimbulkan, hal yang dilakukan dalam kegiatan air dan sanitasi adalah :
1. Pasokan/penyediaan air bersih
Dalam kondisi bencana pasokan/penyediaan air sangat penting, hal ini dikarenakan merupakan kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi untuk menjaga kelangsungan hidup, banyak kasus ditemukan ketika bencana sering terjadi kekurangan air dikarenakan akses yang terputus sehingga kuantitas tidak memadai ataupun ada kualitas airnya tidak memenuhi syarat kesehatan, akibat dari hal tersebut masyarakat menjadi rentan terhadap penyakit.
Untuk itu didalam pasokan/penyediaan air bersih kita harus memperhatikan :
◙ Kuantitas air (Jumlah air) :
Jumlah air diperoleh jika kita mengetahui jenis sumber air.
Jenis Sumber Air
- air tanah : Sumur, Mata air
- air permukaan :kolam, sungai, telaga
- air hujan
◙ Kualitas Air
Selain dari kuantitas yang cukup, juga kita harus memperhatikan kualitasnya, sehingga air yang dikonsumsi tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan. Yang perlu diperhatikan untuk bisa memenuhi kualitas air adalah :
- Pemeriksaan kualitas air
Ada tiga cara dalam pemeriksaan kualitas air :
a. Pemeriksaan secara fisik (warna, rasa, dan bau)
b. Pemeriksaan secara biologi ( pemeriksaan bakteri pathogen ; E-Coli, yang disebabkan oleh tercemarnya air oleh kotoran tinja)
c. Pemeriksaan secara kimia (chlor, Ph,Ni,Na,Fe, dan lainnya)
◙ Sarana dan piranti air
Masyarakat mempunyai sarana dan piranti yang mencukupi untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menggunakan air untuk minum, memasakan, dan kebersihan pribadi, dan memastikan air minum tetap aman sampai pada waktu dikonsumsi. Pada bencana hal pertama dilakukan adalah pembagian jeriken.
2. Pembuangan tinja
Pembuangan tinja yang aman dapat mengurangi resiko penyakit yang ditimbulkan baik langsung atau tidak langsung, penyediaan saran yang tepat adalah satu dari beberapa respon kedaruratan yang paling penting untuk menjamin martabat, kemanan, kesehatan, dan kesejahteraan penduduk.
Didalam pembuangan tinja, hal yang harus diperhatikan adalah :
◙ Jumlah dan akses ke jamban
Masyarakat berhak mendapat jumlah jamban yang memadai, cukup dekat dengan tempat tinggal, untuk mengkinkan akses yang cepat, aman, dan pantas baik siang maupun malam.
Didalam membangun jamban, yang harus diperhatikan adalah :
- Pemisahan jamban berdasarkan jenis kelamin
- Tempat buang air besar
Dalam kondisi bencana kadang tindakan dalam membuat jamban harus segara dilakukan, untuk itu jamban lubang (pit Latrines) adalah alternatif yang bisa dilakukan.
- Pemeliharaan
Dilokasi pengungsian jamban yang dibangun, tentunya merupakan jamban umum, yang harus diperhatikan memberikan kesadaran dan membuat pertemuan dengan sesama pengungsi untuk memnentukan bentuk pemeliharaan jamban, sebaiknya didalam jamban umum disediakan sabun, pembalut, dan jarak jamban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar